Sudah tiga puluh satu hari, Januari menemani kita berbagi. Bulan pertama tahun ini akhirnya memohon diri. Tahun 2016 bernilai genap, bisa dibagi empat, artinya inilah tahun kabisat. Februari, bulan dengan jumlah hari tidak biasa segera kita jemput dengan sukacita.
Di Prancis, tradisi masih berlanjut, setelah hampir sebulan kue Tiga Raja mendapat sambutan, giliran ia mengeser ke belakang, memberi ruang pada saudaranya, sesama kue, untuk menggoda lidah para pecinta kudapan.
Pesta kue Chandeleur. Kudapan semacam kue dadar ini dalam bahasa Prancis disebut La fête des Chandeleurs. Hari itu diperingati secara spesial kala Januari berpamitan. La Chandeleur selalu jatuh pada tanggal dua Februari, atau empat puluh hari setelah hari Natal.
Hari ini, kami akan membuat kue panekuk atau kue dadar bulat, baik menggunakan kuali dapur atau memakai alat khusus yang kini banyak beredar di pasaran.
Di atas kue, akan kami oles selai buah atau sirup, tergantung selera. Kadang-kadang, aku mengisinya dengan daging cincang atau ayam, agar serasa makan lumpia di kampung halaman.
Februari berasal dari bahasa latin “Februare” yang artinya pemurnian.
Dalam liturgi umat Katolik, tanggal dua Februari, kanak-kanak Yesus genap berusia empat puluh hari. Sebagai bangsa Yahudi, bayi ini dibawa bunda Maria dan ayahanda Yusuf menuju bait Allah. Dan, sesuai hukum Taurat Musa, anak lelaki sulung harus dikuduskan untuk Allah.
Pun setelah berbulan-bulan menghias pohon cemara, palungan Yesus yang dibuat untuk menyambut Natal sudah boleh ditanggalkan dan disimpan.
Ketika bangsa Romawi mulai beradaptasi dengan kehidupan Kristiani, di gereja dan di rumah penduduk, hari itu semua lilin menyala. Artinya, terang dunia telah tiba.
Pada zaman Romawi kuno, pesta dua Februari adalah untuk menyambut musim tanam. Itulah mengapa mereka membuat kue dari gandum tua. Kue ini untuk dinikmati bersama-sama. Setelah itu, mereka mulai menuju ladang. Pekerjaan meladang memerlukan waktu beberapa pekan. Mereka menabur benih, sebagai upaya mendapatkan panen subur di musim mendatang.
Kue dadar berwarna keemasan, sempurna membingkai wajan. Bentuk itu
mengingatkan penduduk akan bundar matahari, sekaligus menandai datangnya musim semi yang mengganti masa dingin.
Di Prancis, untuk Perayaan hari Chandaleur, ada sebuah ritual yang hingga kini masih kadang dipraktikkan.
Meskipun kerap, ritual itu hanyalah sebuah guyonan. Tetapi mampu membuat saat memasak menjadi punya tujuan, terpatri manis dalam ingatan, dan syukur-syukur menjelma jadi kenyataan.
Keunikan itu berupa cara menuang kue dengan tangan kanan ke dalam kuali, sembari menggenggam koin warna emas di tangan kiri, lalu membalik kue dadar dengan hati-hati.
Karena hasil kreasi ini akan dipajang di atas lemari. Tujuannya, memiliki nilai investasi tingkat tinggi, supaya rezeki mengalir tiada henti, kehidupan berjalan harmoni, dan terlebih-lebih, mungkin supaya tidak di comot oleh orang-orang yang tidak tau diri.
Sudah lebih dari sebulan umat Kristiani menyantap aneka hidangan, berdaging dan berkalori tinggi. Setelah pesta akhir tahun bercampur gemuruh tahun baru, kehadiran Mardi Gras menjadi batas bagi perut untuk rehat sejenak.
Mardi Gras, bila diterjemahkan secara harfiah berarti Selasa Berlemak. Hari itu, umat Kristiani menikmati daging untuk kemudian berpantang.
Tahun ini, Mardi Gras jatuh pada tanggal 9 Februari. Artinya, tanggal 10 Februari adalah Rabu Abu. Dengan demikian, prosesi pantang atau mengurangi makanan berlemak bagi umat Kristiani segera dimulai.
Kalender Mardi Gras dihitung empat puluh tujuh hari sebelum hari minggu Paskah. Hari-hari penantian itulah yang kita sebut masa Prapaskah.
Kalender hari Paskah ditentukan dari awal musim semi di Eropa. Dan selalu jatuh pada hari minggu pertama, setelah datangnya bulan Purnama. Atau berkisar antara tanggal 22 Maret hingga 25 April.
Kata Paskah di pinjam dari bahasa Yunani. Tetapi hari Paskah juga merupakan pesta bagi bangsa Yahudi. Perayaan ini sebagai rasa terima kasih kepada Allah, karena mereka terhindar dari bencana.
Ceritanya, Musa menyuruh bangsa Israel menyembelih domba atau kambing. Kemudian, darah binatang tersebut dioles pada pintu rumah keluarga yang mengorbankannya.
Seperti tertulis dalam Alkitab juga Al-Qur’an, Allah menurunkan sepuluh Tulah, supaya raja Firaun membebaskan bangsa Israel dari perbudakan dan pergi ke tanah Kanaan. Hukuman kesepuluh itu berbunyi, kematian anak-anak sulung dari keluarga Mesir.
Dengan mengoleskan darah binatang di pintu-pintu, malaikat maut tidak mencabut nyawa anak-anak bangsa Yahudi. Sehingga, anak domba dikiaskan sebagai pengganti anak sulung bangsa Israel.
Dalam liturgi Kristiani, masa Prapaskah dipakai sebagai tolak ukur pembaharuan iman. Karena di masa itu, umat Kristiani mengenang kembali jalan salib yang dipanggul sang Juru Selamat, demi menebus dosa umat manusia. Ritual
itu berturut-turut meliputi: Perjamuan Malam Terakhir, Jumat Agung, Sabtu Tenang, hingga minggu kemenangan alias Paskah.
Itulah mengapa di Prancis, terjadi dua hari pesta Paskah: Minggu dan Senin. Minggu Paskah merujuk pada kebangkitan Yesus, sedangkan hari Senin tetap sebagai libur resmi untuk mengenang peristiwa Paskah Pertama.