Sebentar lagi, musim mudik di Indonesia. Setelah lebih dari dua tahun pergerakan masyarakat dibatasi, pemudik Lebaran kali ini diprediksi membludak. Tebak, apa kendaraan favorit mereka? Ya, kereta api alias sepur! Karena itu, tidak ada salahnya kita kali ini membahas sejarah kereta api.
Selain aman dan relatif murah, moda trasportasi ini menjanjikan pengalaman yang berbeda. Sepanjang jalan, kita akan melihat sawah, hutan, gunung, jurang, pedesaan, perkotaan, dan beragam pemandangan darat lainnya. Maka meski durasi perjalanannya lebih lama dari pesawat, kereta api tak pernah kehilangan peminat.
ISI ARTIKEL
Keunikan Kereta Api
Kereta api terdiri dari beberapa elemen, yaitu gerbong (gerobak yang dapat diisi oleh barang maupun orang), lokomotif (kepala bermotor yang berfungsi untuk menarik gerbong), roda besi, dan rel (besi batang untuk jalur roda besi kereta).
Pada abad 19, kereta api dijalankan oleh lokomotif uap. Kemudian, di awal abad 20, kereta mulai menggunakan lokomotif listrik atau mesin diesel.
Lalu lintas di atas rel ini menyediakan berbagai layanan, bukan hanya untuk penumpang. Melainkan juga bagasi, transportasi industri seperti barang tambang serta distribusi hasil pertanian, paket pos, dan sebagainya.
Tidak seperti kendaraan-kendaraan di jalan raya, kereta api tidak dapat mengubah rutenya sendiri. Untuk berpindah dari satu trek ke trek lainnya, kereta harus menggunakan perangkat jaringan listrik, di antaranya sakelar.
Namun, kendala operasi utama kereta api adalah pada jalur. Kereta hanya dapat menyalip kereta lain pada titik-titik tertentu. Hal ini mengakibatkan berkurangnya fleksibilitas dalam pengaturan lalu lintas dan memerlukan sistem pemantauan yang ketat.
Sekilas Sejarah Kereta Api Dunia
Sama seperti kendaraan-kendaraan darat lainnya, kereta api juga bermula dari penemuan roda. Sementara cikal bakal kompartemennya dapat dilihat di gerbong kereta kuda.
Awalnya satu gerbong, kemudian dua atau lebih yang bersambung-sambung. Kita bisa melihat ini di pertambangan, meskipun tenaga penariknya waktu itu masih kuda atau keledai. Belum lokomotif.
Berawal dari penemuan magnetisme dan listrik oleh William Gilbert, Sejarah panjang kereta modern pun dimulai. Setelah James Watt, penemu mesin uap, membuat kendaraan beroda tiga berbahan bakar uap, orang-orang pun menyebut kendaraan itu sebagai kuda besi.
Lalu Nicolas Joseph Cugnot, seorang insiyur militer Prancis, merancang dan memproduksi kendaraan bermotor pertama di Eropa. Kereta api listrik pun makin mendekati rel.
Sirkulasi pertama kereta lokomotif uap bertekanan tinggi terjadi pada 21 Februari 1804. Relnya dibangun oleh Richard Trevithick di dekat Merthyr Tydfil, Wales. Lokomotif ini dirangkaikan dengan kereta. Bentuknya sudah mirip dengan kereta api sekarang.
George Stephenson, seorang insinyur Inggris, menyempurnakan desain lokomotif itu pada 1814. Mesinnya bernama Blücher. Pada 1829, beliau memenangkan perlombaan balap lokomotif dengan rancangan bernama Rocket. Lokomotif itulah yang akhirnya digunakan untuk mengawal jalur Liverpool-Manchester yang dibuka pada 1830.
Penemuan listrik oleh Michael Faraday, fisikawan dan kimiawan Inggris, makin menyempurnakan inovasi transportasi darat ini. Faraday dikenal karena karya fundamentalnya di bidang elektromagnetik, elektrokimia, induksi elektromagnetik, diamagnetisme, dan elektrolisis.
Pada perkembangan berikutnya, motor listrik berjasa untuk mendorong trem. Inilah cikal bakal kereta api listrik.
Pada tahun 1900-an, Rudolf Diesel, seorang insinyur Jerman, muncul dengan kereta api bermesin diesel yang lebih bertenaga dan efisien. Lokomotif uap pun mulai ditinggalkan.
Setelah Perang Dunia II berhenti, teknologi listrik dan magnet berjaya. Industri perkeretaapian dunia pun terimbas. Puncaknya pada 1964, Jepang mengoperasikan kereta api peluru Shinkansen dengan rute Tokyo-Osaka. Kereta itu lebih hemat energi, tetapi lajunya jauh lebih pesat.
Kemudian, pada 27 September 1981, Prancis mengoperasikan kereta api serupa dengan nama TGV.
Sejarah Kereta Api Prancis TGV
Dalam sejarah Prancis, penggunaan gerbong tidak bermotor pertama di atas rel telah dimulai pada 1550, di Tambang Leberthal, Alsace, Prancis.
Namun untuk urusan Train à Grande Vitesse (TGV) alias kereta berkecepatan tinggi, sejarahnya berawal dari riset perusahaan Prancis, Alstom dan The Société Nationale des Chemins de Fer Français (SNCF). Idenya muncul sejak 1960-an, terinspirasi dari kereta peluru di Jepang, Shinkansen.
Hanya, lantaran prototipe pertama kereta cepat ini bertenaga listrik dari minyak, dan harga minyak bumi kebetulan waktu itu sedang naik, proyek kereta cepat Prancis ini sempat vakum.
Proyek tersebut baru dilanjutkan kembali pada 1974. Dana sebesar 745 juta dolar digelontorkan. Kereta akhirnya rampung. Pada 22 September 1981, Presiden Perancis François Mitterand meresmikannya sebagai kereta api tercepat di dunia.
Dalam debutnya, kereta ini melayani rute Paris-Lyon. Jarak sekitar 450 kilometer itu dilibas hanya dalam tempo tidak sampai tiga jam.
Wajar, karena TGV yang memiliki delapan rangkaian ini memiliki kecepatan maksimal 380 kilometer per jam. Ini lebih cepat dari Shinkansen saat itu yang hanya mampu melaju 270 kilometer per jam.
Setelah sukses dengan rute Paris-Lyon, jalur-jalur lain menuju Tours/Le Mans, Calais, Brussel, dan Marseille dibuka. Juga ke berbagai wilayah di Eropa. Banyak negara akhirnya memesan TGV.
Saat ini, TGV INOUI dupleks atau dua tingkat, dapat mengangkut 509 penumpang. Aku selalu menaikinya bila hendak ke Paris, seperti awal Maret lalu, melalui stasiun baru, Nîmes Pont du Gard.
Sejarah Kereta Api Indonesia
Serupa urusan mobil listrik, Indonesia tidak memiliki sejarah gemilang di bidang permesinan dan otomotif. Teknologi kereta api sendiri masuk ke Indonesia melalui penjajah Belanda selama era kolonialisme.
Kereta Api di Masa Pemerintahan Belanda
Jalur yang pertama digarap adalah Surakarta-Yogyakarta di Desa Kemijen pada 17 Juni 1864. Saat itu, gubernur jenderal yang berkuasa adalah L.A.J. Baron Sloet van de Beele. Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
Setelah pembangunan pertama itu sukses, pada 8 April 1875, pemerintah Hindia Belanda kembali membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS). Rute pertama SS adalah Surabaya-Pasuruan-Malang.
Kesuksesan NISM dan SS membuat pihak-pihak swasta tertarik untuk berkontribusi di tanah jajahan ini. Jadilah antara lain:
-
- Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS)
- Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS)
- Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS)
- Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS)
- Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM)
- Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM)
- Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM)
- Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM)
- Malang Stoomtram Maatschappij (MS)
- Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM)
- Deli Spoorweg Maatschappij (DSM)
Hebatnya, pembangunan perkeretaapian itu sebenarnya tidak berpusat di Jawa. Ada juga yang di Aceh (tahun 1876), Sumatra Utara (1889), Sumatra Barat (1891), Sumatra Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). Sayangnya, untuk Kalimantan, Bali, dan Lombok, proyek hanya berhenti di tahap studi.
Kereta Api di Masa Pemerintahan Jepang
Setelah Belanda bertekuk lutut kepada Jepang pada awal Perang Dunia II, proyek-proyek perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang. Namanya diubah menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api).
Jepang juga berandil dalam membangun perkeretaapian Indonesia. Tetapi tujuannya untuk mendukung mereka dalam berperang. Salah satu pembangunan tersebut adalah kereta lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru yang difungsikan untuk mengangkut hasil tambang batu bara, untuk mendukung mesin-mesin perang mereka.
Pemerintah pendudukan Jepang juga pernah membongkar rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api di sana.
Kereta Api di Masa Kemerdekaan
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, stasiun-stasiun dan kantor pusat kereta api pun dinasionalisasi. Pada 28 September 1945, Kantor Pusat Kereta Api Bandung diambil alih. Hari itu kemudian kita peringati sebagai Hari Kereta Api Indonesia, sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI).
Saat Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, pasca kemenangan Sekutu di Perang Dunia II, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia dengan nama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS).
Namun berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) pada Desember 1949, aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda ini diambil alih oleh republik baru. DKARI dan SS/VS digabungkan menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) pada 1950.
DKA kemudian berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Selanjutnya, pada 1971, berganti nama menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Dan pada 1991, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka).
Perumka sendiri berubah menjadi Perseroan Terbatas pada 1998, terdaftar dengan nama PT Kereta Api (Persero). Terbaru, per 2011, nama perusahaan tersebut menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Memang, Indonesia tidak memiliki sejarah sebagai produsen kereta api. Namun, kita terus mengejar ketertinggalan itu melalui PT Industri Kereta Api (INKA). Saat ini, Indonesia sudah mampu mengekspor kereta api ke Thailand, Filipina, Bangladesh, Malaysia, Singapura, Australia, Selandia Baru, dan beberapa negara lainnya.
Artinya, industri kereta api dalam negeri kita tidak bisa diremehkan juga. Semoga ke depannya, Indonesia juga mampu membuat kereta magnetik, kereta supercepat, atau kereta peluru sendiri seperti Prancis, Jepang, atau Cina. Supaya ada kebanggaan tersendiri saat anak-anak Indonesia bernyanyi, “Naik kereta api, tut-tut-tuuuut… siapa hendak turut?”
Referensi
- “Sejarah Perkeretaapian”, KAI.id, diakses 26 Maret 2022.
- “Train”, Wikipedia Inggris, diakses 26 Maret 2022.
- Pratama, Aswab Nanda. 27 September 2018. “Hari Ini dalam Sejarah: Kereta Api Cepat Pertama di Eropa Beroperasi”, Kompas.com, diakses 26 Maret 2022.
- Rahma, Athika. 19 November 2020. “Negara-Negara Ini Gunakan Kereta Api Produksi PT INKA”, Liputan6.com, diakses 27 Maret 2022.
- “Train”, Wikipedia Prancis, diakses 27 Maret 2022.