Mens Sana in Corpore Sano? Atau Corpore Sano in Mens Sana?

Kita semua tahu, atau minimal pernah mendengar istilah “mens sana in corpore sano”. Paham artinya, bukan? Namun, siapakah yang pertama menciptakan atau menggunakan slogan itu?

Menengok sejarahnya di masa kini, slogan mens sana in corpore sano dibuat untuk menyemangati orang agar mau berolahraga. Dengan aktivitas olah tubuh, fisik menjadi bugar, dan (harapannya) jiwa pun menjadi sehat.

Pengertian Mens Sana in Corpore Sano

Pengertian Mens Sana in Corpore Sano

Semboyan dari bahasa Latin ini ternyata sudah masuk dalam lema Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Di sana, pengertian mens sana in corpore sano adalah, “Di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat.” Atau makna harfiahnya, “Jiwa yang sehat di dalam badan yang sehat.”

Dalam praktiknya, terbukti orang sehat yang pola makannya terjaga, rutin berolahraga, dan cukup beristirahat memiliki kesehatan mental atau jiwa yang lebih baik. Ia lebih bersemangat, tidak gampang sakit, tidak mudah lelah, dan hidupnya tidak banyak mengeluh.

Mari ambil contoh sederhana. Ketika kita sakit mata saja, kita menjadi tidak nyaman bekerja, menolak bertemu orang (mungkin takut menulari atau mungkin memang perih untuk membuka mata). Membaca buku? Menonton televisi? Bermain media sosial? Aduh, boro-boro. Yang ada kita inginnya rebahan, kalau perlu tidur saja. Mood atau suasana hati pun kacau.

Itu baru sakit mata. Belum bila kita menderita penyakit-penyakit “mewah” seperti jantung koroner, diabetes miletus, ginjal, obesitas, hipertensi, dan sebagainya. Hidup setiap hari rasanya menjadi beban tak berkesudahan bagi diri sendiri. Kalau orang itu tidak kuat mentalnya, ia akan mudah sedih, marah, bahkan depresi.

Jadi, makna dari ungkapan mens sana in corpore sano kurang-lebih, ketika fisik ada yang tidak benar, jiwa pun ikut menderita.

Sejarah Mens Sana in Corpore Sano: Puisi Juvenalis

Sejarah Mens Sana in Corpore Sano: Puisi Juvenalis

Ungkapan “mens sana in corpore sano” dicetuskan pertama kali oleh Decimus Iunius Juvenalis, seorang pujangga satir Romawi pada permulaan abad 2 Masehi, dalam koleksi 16 puisi satirnya.

Karya tersebut merupakan sindiran terhadap masyarakat Roma di zaman itu. Sedangkan istilah “mens sana in corpore sano” muncul dalam sindiran Satire X:

orandum est ut sit mens sana in corpore sano.
fortem posce animum mortis terrore carentem,
qui spatium vitae extremum inter munera ponat naturae,
qui ferre queat quoscumque labores,
nesciat irasci, cupiat nihil et potiores
Herculis aerumnas credat saevosque labores
et venere et cenis et pluma Sardanapalli.
monstro quod ipse tibi possis dare;
semita certe tranquillae per virtutem patet unica vitae.

~ Puisi Romawi oleh Juvenalis (10.356-64)

Terjemahan bebasnya kira-kira begini, “Kau harus berdoa untuk pikiran yang sehat dalam tubuh yang sehat. Mintalah hati yang teguh dan tidak takut mati. Anggap hari-hari sebagai hadiah kecil dari alam yang dapat menahan berbagai jenis kerja keras, yang tidak mengenal murka atau keinginan,  anggaplah kesengsaraan dan kerja keras Hercules lebih baik daripada cinta, perjamuan, atau bantal berbulu halus dari Sardanapalus. Apa yang kuanjurkan kepadamu dapat kau berikan kepada dirimu sendiri. Karena pasti, satu-satunya jalan menuju kehidupan yang damai adalah kebajikan.”

Sekadar catatan, Sardanapalus adalah karakter mitologi Yunani yang terinspirasi dari Ashurbanipal, seorang raja besar terakhir Asyur dari tahun 669 hingga 627 SM.

Sedangkan Hercules atau Herakles, pasti sudah banyak yang tahu, adalah tokoh dalam mitologi Yunani. Dalam Illiad karya Homeros, ia putra Zeus hasil dari perselingkuhannya dengan Alkmene.

Sekilas tentang puisi satir

Satir adalah karya puitis yang ditulis dalam heksameter daktil. Artinya puisi epik itu dibuat berdasarkan lagu cerita rakyat. Nilai artistik puisi terkait erat dengan tahap kehidupan dan perkembangan latar sosial masyrakat. Karya Juvenalis sempat menghilang.  Setelah melalui klarifikasi sejarah,  puisi-puisi satir itu kembali hidup dan kini sampai kepada kita.

Contoh sindiran Satir X.  Ini berupa sumpah yang tertulis di kuil-kuil. Sumpah itu banyak berhubungan dengan kekayaan,  kehormatan atau hal-hal yang berlebihan serta berbahaya. Misalnya, Sejanus diseret ke pengadilan tanpa bukti kejahatan, lewat pengaduan sederhana, karena ia menolak menyenangkan Livillia, Isteri Drusus II. Jadi,  hukuman yang dijatuhkan kepada Sejanus menjadi tidak adil. Ada juga pembandingan antara Cicero dan Demosthenes ( dua orang orator terbesar di dunia lama) dengan akhir hidup yang tragis.  Atau gambaran keberuntungan Hannibal dan Alexander, (dua orang dengan taktik militer yang hebat).

Kemudian di sumpah umur panjang, Juvenal menuturkan usia tua yang mengerikan. Selain itu, usia tua adalah penyebab penderitaan dalam tubuh dan pikiran. Ia membandingkan nasib Nestor, Priam, atau Pompey. Juvenal menyindir ketiga tokoh ini, yang  masih  harus berperang di usia tua.

Sedangkan dalam kecantikan, ia menyindir penyebab utama  kematian  Lucretia, istri dari Lucius Tarquinius Collatinus, seorang pria yang kuat dan dekat dengan Raja Tarquin. Kisah Lucretia adalah salah satu cerita legendaris seputar peralihan Roma dari masa kerajaan ke negara republik pada tahun 509 SM.

Juvenal menyimpulkan sindiran ini dengan sebuah pesan: bahwa para dewa tahu lebih baik, apa yang cocok untuk kita. Namun, jika Anda harus menanyakan sesuatu kepada dewa-dewa, biarlah mens sana in corpore sano. Bertanyalah hal yang wajar.  Ini moral yang moderat. Sisanya tergantung pada keberuntungan.

Menurutku, puisi satir banyak menyindir tentang ketidakberdayaan dan  hidup yang rapuh. Sebab lainnya adalah kehidupan di zaman Romawi kuno, berdiri di atas perang-perang  panjang.  Bagaimana pun, ada awal dan akhir,   tidak ada yang luput dari kerasnya takdir, dan makam pun tunduk pada kematian.

John Hulley Memopulerkan Mens Sana in Corpore Sano

John Hulley Memopulerkan Mens Sana in Corpore Sano

Istilah mens sana in corpore sano memang tercetus di masa Romawi kuno. Tetapi, ungkapan ini  menjadi booming dan mendunia  setelah dipopulerkan kembali oleh John Hulley, seorang wirausahawan senam dan atletik di Inggris.

Hulley merupakan salah satu penggagas gerakan Olimpiade di Inggris. Ia sangat percaya, hanya dalam yang tubuh sehatlah pikiran sehat menemukan tempatnya. Hulley pula yang membawa semboyan klasik Mens Sana in Corpore Sano dari Klub Atletik Liverpool ke permukaan.

Pada Desember 1861, Hulley berpidato di depan publik tentang pendidikan jasmani. Selain menekankan perlunya keunggulan fisik dan mental, ia juga mengulas makna mens sana in corpore sano secara detail. Sejak itu, semboyan tersebut menjadi kondang di kalangan pecinta olahraga seluruh dunia.

Pada 1864, masyarakat Olimpik Wenlock menganugerahi John Hulley medali atas jasanya terhadap dunia pendidikan jasmani. Hulley meninggal sebelas tahun kemudian dan dimakamkan di Smithdown Road Cemetery. Di baris akhir epitaf  nisannya,  berukir motto tersohor yang disukainya itu: Mens Sana in Corpore Sano.

Namun, Bagaimana dengan “Corpore Sano in Mens Sana”?

Bagaimana dengan “Corpore Sano in Mens Sana”

Kita boleh bertanya, apakah selalu di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat? Menurutku tidak selalu.

Buktinya, banyak pencuri yang badannya sehat bugar. Jika tidak, bagaimana ia bisa memanjat pagar rumah orang? Bagaimana ia mampu berlari cepat ketika dikejar massa? Sementara, kita tentu sepakat, pencuri bukan orang yang berjiwa sehat.

Ini menimbulkan pertanyaan lanjutan, apakah berlaku juga corpore sano in mens sana? Di dalam jiwa yang sehat, terdapat tubuh yang sehat?

Bukankah terbukti, orang yang kurang mampu mengendalikan emosinya lebih berisiko terserang hipertensi alias tekanan darah tinggi? Bukankah banyak penelitian menunjukkan bahwa orang yang biasa memendam emosi-emosi negatif seperti iri, dengki, cemburu, atau buruk sangka kepada orang lain juga berisiko memicu sel-sel kanker dalam tubuh mereka?

Wah, ternyata jiwa yang busuk juga mengakibatkan fisik yang buruk!

Jadi, mari usahakan jiwa kita bersih dari pikiran negatif, senantiasa bahagia, dan penuh rasa syukur.

Di lain sisi, kita juga harus menjaga fisik dengan asupan yang bergizi, singkirkan makanan-minuman yang tidak sehat, perbanyak pengetahuan,  minum air putih, istirahat yang cukup, dan rutin berolahraga.

Kupikir, kegiatan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, memasak, menata rumah (angkat-angkat), atau merawat kebun, merawat orang sakit,  sampai berbelanja ke pasar traditional,  juga termasuk olahraga, hehehe….

Fisik sehat, mental sehat. Dua-duanya seimbang. Bukannya yang satu menyebabkan yang lain (secara searah). Menurutku, itulah makna sesungguhnya dari mens sana in corpore sano.

Referensi

Yuk, bagikan tulisan ini di...

Leave a Comment