Sejarah Hari Ibu Tanggal 22 Desember

Sejak kecil, kita sudah familier dengan Hari Ibu. Hari penghormatan terhadap ibu ini bukan hanya ada di Indonesia. Di banyak negara, hari ini dirayakan dengan membebaskan seorang ibu dari tugas-tugas domestik, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.

Namun tahukah Teman-teman, mengapa Hari Ibu di berbagai negara tidak seragam tanggalnya? Itu semua karena sejarah hari tersebut dan budaya di tiap negara memang berbeda.

Hari Ibu di Amerika Serikat

Hari Ibu di Amerika Serikat

Bagaimana perayaan pertama Hari Ibu di seluruh dunia berkumandang? Perkenalkan, Anna Maria Jarvis, perempuan kelahiran 1 Mei 1864 di Webster, West Virginia, Amerika Serikat. Anna Jarvis termotivasi oleh ibunya, Ann Maria Reeves Jarvis, yang seumur hidupnya memperjuangkan adanya Hari Ibu di Amerika Serikat.

Amerika masih dilanda Perang Saudara waktu itu. Di tengah gonjang-ganjing situasi sosial-politik, Ann berupaya menjaga anggota klub gerejanya di Virginia Barat agar tetap utuh. Melalui klub itu, ia gigih memperjuangkan pendidikan dan kesehatan, demi mengurangi penyakit serta angka kematian bayi.

Organisasi bernama Klub Kerja Ibu itu aktif mengumpulkan uang, membeli obat-obatan, serta mempekerjakan perempuan yang mengerti sanitasi dan gizi. Sampai hari kematian menjemputnya.

Sepeninggal sang ibu, perjuangan dilanjutkan oleh putrinya.

Anna Jarvis mengirim banyak surat permintaan dukungan agar Hari Ibu ditetapkan sebagai hari libur. Surat-surat itu antara lain ditujukan kepada beberapa media massa, politisi, dan tokoh berpengaruh seperti Presiden Teddy Roosevelt, politisi Nebraska William Jennings Bryan, novelis Mark Twain, dan mantan General Postmaster John Wanamaker.

Inti suratnya, agar mereka mendukung Hari Ibu sebagai hari libur di kalender nasional Amerika Serikat.

Surat-surat itu berbuah manis. Pada 10 Mei 1908, di Gereja Episkopal Methodis Andrews – Grafton, Virginia Barat, Anna Jarvis mengadakan upacara peringatan untuk menghormati ibunya dan semua ibu, tepat tiga tahun setelah meninggalnya Ann Jarvis. Hari itu akhirnya resmi dinobatkan sebagai peringatan pertama Hari Ibu di Amerika.

Meski belum menjadi hari libur nasional, makin banyak kota, negara bagian, serta gereja yang merayakannya. Bahkan pada tahun 1911, tercatat seluruh negara bagian di Amerika Serikat menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur.

Pada tahun 1914, Presiden Woodrow Wilson menandatangani deklarasi untuk menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur nasional. Sejak itu, setiap Senin kedua di bulan Mei, negeri Paman Sam merayakannya sebagai Hari Ibu.

Hari Ibu di Prancis

Hari Ibu di Prancis

Ada masanya, ketika orang Prancis khawatir dengan tingkat kelahiran penduduknya yang rendah. Maka pada tahun 1896 dan 1904, mereka membuat perayaan nasional untuk menghormati ibu, khususnya dari keluarga besar. Pada tahun 1906, sepuluh ibu yang masing-masing memiliki sembilan anak diberi penghargaan Haut mérite maternel (Kebajikan Keibuan yang Adiluhung).

Lalu, pasukan Perang Dunia I Amerika yang bertugas di Prancis turut memopulerkan Hari Ibu di negaranya. Para serdadu ini mengirim begitu banyak surat ke ibu mereka di Amerika, sampai-sampai Union Franco-Américaine memproduksi kartu pos khusus untuk mengantisipasi tren tersebut.

Pada tahun 1918, Kota Lyon merayakan Hari Ibu sebagai penghormatan kepada ibu dan istri yang kehilangan putra atau suami mereka selama Perang Dunia Pertama. Titelnya Journée des Mères.

Namun lantaran kampanye politik, pada tahun 1920, perayaan Hari Ibu lebih dikhususkan untuk keluarga yang memiliki banyak anak. Namanya menjadi Journée Nationale des Mères de familles nombreuses. Tujuannya, menyukseskan program anti-depopulasi. Pada momen tersebut, medali diberikan kepada ibu-ibu yang memiliki keluarga besar.

Kemudian pada 1941, atas inisiatif Philippe Pétain, kepala negara Prancis yang bertugas di Vichy (zona bebas selama pendudukan NAZI di awal Perang Dunia II), Hari Ibu dimanfaatkan untuk mendorong hadirnya keluarga yang lebih besar.

Akhirnya, Undang-undang tanggal 24 Mei 1950 pasal 1 mengharuskan Republik ke-IV untuk memberi penghormatan resmi kepada Ibu-Ibu Prancis. Pasal 2 menyatakan bahwa Fête des Mères harus dirayakan pada hari Minggu terakhir di bulan Mei. Pasal 3 menyatakan bahwa seluruh pengeluaran ditanggung oleh Kementerian Kesehatan Masyarakat dan Kependudukan.

Sayangnya, sebagaimana di Amerika Serikat, Hari Ibu kehilangan ideologinya seiring berjalannya waktu. Yang ada, para pebisnis berlomba-lomba mengomersialkan hari ini dengan berjualan produk-produknya.

Hari Ibu di Indonesia

Hari Ibu di Indonesia

Kedua negara sekutu itu turut memengaruhi penetapan Hari Ibu di Indonesia. Negara kita resmi merayakan Hari Ibu setiap 22 Desember. Tanggal ini diresmikan oleh Presiden Soekarno berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959.

Tanggal itu bertepatan dengan pembukaan Kongres Perempuan Indonesia pertama yang digelar pada 22-25 Desember 1928. Jangan salah, di Indonesia, organisasi perempuan telah ada sejak 1912. Mereka banyak terinspirasi oleh tokoh-tokoh perempuan yang berjasa seperti Raden Ajeng Kartini, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, Maria Walanda Maramis, dan lain-lain.

Konsepnya emansipasi dan apresiasi terhadap perempuan, mirip-mirip Hari Kartini yang sudah lebih dahulu ditetapkan setiap 21 April. Kenapa tidak digabungkan saja?

Sebuah sumber menyebutkan, Hari Ibu adalah trik Soekarno untuk menjawab nada sumbang masyarakat tentang Hari Kartini. Hari Ibu lebih umum dan nasional. Inspirasinya dari banyak tokoh perempuan. Bukan hanya merujuk kepada satu sosok yang dianggap pro-Belanda, hanya berjuang secara lokal (di Jepara dan Rembang), dan dipoligami.

Pengaruh Islam

Hari Ibu di Indonesia tidak lepas dari ajaran Islam, agama mayoritas. Memang, Islam tidak mengenal Hari Ibu karena bagi muslim, berbuat baik kepada ibunda harus dilakukan setiap hari. Sebuah hadis sahih menyebutkan, Nabi Muhammad pernah ditanya oleh sahabatnya tentang kepada siapa ia harus berbakti.

Inti jawaban sang nabi, “Pertama, kepada ibumu. Kedua, ibumu. Ketiga, ibumu. Baru keempat, ayahmu.” Bayangkan betapa mulianya posisi seorang ibu, bahkan dibandingkan suaminya.

Ibumu, ibumu, lalu ibumu? Berarti, ibunya ada tiga?

Wah, ini sih biasanya kelakar para penggemar wacana poligami. Secara logika, ibu kandung hanya ada satu. Dan ayah yang dimaksud di sana juga ayah kandung, alias ayah biologis. Merekalah prioritas bakti seorang anak (muslim).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “bakti” itu tunduk, hormat, dan setia. Tidak peduli apakah ibu (dan ayah) kita berbuat baik atau buruk, kita tetap harus berbakti, selama mereka tidak mengajak kita kepada keburukan. Jika kita berbuat baik hanya kepada atau ketika orang tua baik, maka itu namanya balas budi. Bukan bakti.

Pengaruh Kristiani

Bagaimana dalam agama Kristen? Sejak awal, agama ini adalah agama kasih sayang. Tentu berbakti kepada ibu juga menjadi prioritas utama. Dalam Sepuluh Perintah Tuhan, hukum kelima Taurat berbunyi, “Hormatilah ayah dan ibumu.”

Meskipun tidak menunjuk secara langsung, umat kristiani menghormati bulan Mei sebagai bulan suci Bunda Maria, bunda pelindung anak-anak yang setia. Bahkan doa Salam Maria, Bunda Allah, adalah doa yang didaraskan berkali-kali setelah doa Bapa Kami.

Sekelumit Sudut Pandang Ibu

Sekelumit Sudut Pandang Ibu

Semua dari kita tentu memiliki ibu. Jika beliau masih hidup, coba pandanglah ibumu yang sudah beruban dan kulitnya berkerut itu. Niscaya kita akan tahu mengapa kita harus menyayanginya. Jika belum tahu juga, pasti akan tahu sendiri alasannya setelah menjadi ibu.

Kita mengenal ungkapan-ungkapan “Surga di bawah telapak kaki ibu”, “kasih ibu sepanjang jalan”, dan sebagainya. Jika begitu banyak peribahasa menyanjung sosok ibu, itu pasti karena mayoritas ibu memiliki hati yang baik terhadap anaknya. Di jantung seorang ibu, nama anak-anaknya senantiasa berdetak.

Ibu adalah pelindung sekaligus pusat pendidikan pertama anak-anaknya. Beruntunglah mereka yang menyandang tugas mulia itu. Sebelum anak-anak itu berdiri di atas kaki mereka sendiri.

Selamat Hari Ibu bagi para ibu dan calon ibu di seluruh Indonesia!

Referensi

Yuk, bagikan tulisan ini di...

Leave a Comment