Pada hari keempat Januari 2021, tepatnya pukul sepuluh pagi, aku disambut salju pertama di vila cantik bernomor urut lima.
Butiran salju bak ribuan kapas turun dengan anggun dan mencair saat mendarat di halaman yang belum selesai. Namun, kenikmatanku memandangi salju dengan wajah sendu harus terpotong. Dari jendela, aku melihat sebuah mobil berhenti. Ada tamukah dalam cuaca buruk begini?
Benar. Satu menit kemudian, aku mendengar ketukan pintu. Ternyata, itu tanteku yang tinggal di Saint Martin de Crau, kurang-lebih 25 menit dari Kota Arles. Aku biasa memanggilnya Tata Françoise.
Sambil membersihkan kaki di karpet, Tata Françoise yang baik hati dan cantik itu menyerahkan seikat tulip segar. Tak lupa, beliau kumandangkan berlapis doa selamat tahun baru, plus harapan agar aku lebih betah di rumah baru.
Kusambut doa dan kembang itu dengan ucapan terima kasih. Aku lalu mengenalkan perempuan 72 tahun itu dengan vila cantikku yang penuh pemandangan kardus. Setelah itu, aku menawarkannya minuman penghangat.
Rupanya, beliau datang menerobos udara buruk karena sejak hari Natal, WhatsApp-nya minta di-update. Beliau sangat gelisah, karena tidak pernah menerima notifikasi. Tidak kusangka, pesona teknologi membawa dampak sedalam itu.
Sambil mengobrol, aku mengutak-atik ponsel tante. Harap dicatat, aku bukan ahli gawai. Aku hanya mengikuti apa yang tertera di layar ponsel jadul itu. Tak lupa, kumasukkan kode wi-fi si Vila Cantik, supaya setiap kali berkunjung, ponselnya bisa langsung terhubung.
Setelah kutekan semua tombol Oui dan menunggu beberapa saat, aplikasi WhatsApp Tata Françoise sudah berfungsi normal. Tante senang sekali mendapat notifikasi ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru dari cucu semata wayangnya yang tinggal di Paris. Alhamdulillah. Puji Tuhan. Halleluya.
“Baiklah, Tante. Saya harus ke dapur. Apakah tante sekalian mau makan siang bersama?” tanyaku.
“Wah, masak apa, nih?”
“Ini, Tante, selada dan sayuran rebus plus… ”
“Oh, tidak. Saya mau pulang saja. Kasihan kucingku sendirian di rumah.”
“Apakah mau dibawa untuk dimakan di rumah? Tapi bersabarlah, setengah jam lagi…”
“Oh, tidak usah. Terima kasih, ya, untuk ponselku.”
“Okelah, Tante,” ucapku. “Bon retour à la maison. Selamat kembali ke rumah. Hati-hati, ya, jalanan licin!”
Memang, salju pertama tahun 2021 di Kota Arles tidak berlangsung lama. Saat Tata Françoise berpamitan, salju telah berhenti.
Aku tidak sempat menjulurkan tangan untuk menangkap butiran salju, apalagi berswafoto di bawah terpaan salju. Pun, aku tidak keluar untuk mencetak jejak telapak kaki pertama di halaman. Sebab, salju yang turun tidak cukup tebal untuk kujadikan alas cetakan. Renovasi rumah yang masih berjalan juga menebar “ranjau” di mana-mana. Daripada tersangkut, aku selalu ingat pesan untuk main aman saja.
Keesokan harinya, aku baru sempat mengabadikan jejak salju di jendela mobil yang masih menempel. Seperti kemarin, yang mendarat di tanah langsung mencair, karena suhu di darat masih cukup hangat.
Salju selalu cantik dipandang mata. Barangkali, itu adalah pengejawantahan langit yang sedang jatuh cinta. Curahan kristal lembut membasuh setiap benda dengan indahnya.
Salju adalah hasil campuran udara dan partikel es yang bercabang. Dan seperti permukaan es batu, salju dengan mudah membuat orang tergelincir. Salju memang licin. Itulah mengapa peselancar ski dengan mudah meluncur di atas jalanan bersalju. Tentu saja, kalau mau memanfaatkan salju untuk berski, kita harus mengenakan pakaian dan alat-alat penunjang.
Saat salju sudah mencair pun permukaan tanah tetap licin, karena air yang lumer bercampur partikel debu. Sehingga, harus benar-benar waspada dan lebih baik memakai sepatu bersol tebal, agar tidak terpeleset.
Aku pun kembali masuk ke rumah, mengambil bunga tulip yang dihadiahkan Tata Françoise. Kugunting bagian atas kemasan botol plastik bekas air. Kuisi botol bekas itu dengan air. Kutata kembang tulip cantik tersebut di dalamnya. Lalu, kuletakan di atas meja kecil, di depan sofa tamu yang akan dihibahkan.
Terpaksa botol plastik, Tante! Karena vas cantik yang kubawa dari Istana Mini, entah berada di kardus atau ember yang mana.
Minimal, dengan latar belakang barang-barang dan kardus-kardus yang belum dibongkar. Si Vila Cantik mulai menulis sedikit demi sedikit kenangan. Dan kubingkai kisah pertemuan yang menyertainya dalam satu cerita, sebagai momen selamat datang.