Pagi telah menjadi kelabu
Ketika aku menerima kabarmu
Sejenak, kutenangkan diri
dan tumpahlah airmata ini
Namun kukuatkan hati
menulis sepucuk salam perpisahan
untuk mengantarmu
pada kedamaian nan tunggal
Dan kulihat pintu surga terbentang
Malaikat berbaris, berjalin tangan
Membukakan gerbang lebar-lebar
Menyambutmu, dengan penuh kehormatan
Membiarkan hati kami yang dipenuhi kedukaan
Selamat jalan, sahabat Chau Luk tersayang
Beristirahatlah dengan tenang
Sapa-canda dan kebaikanmu selamanya akan kami kenang
Sebagai hadiah dari kehidupan
Terima kasih atas seluruh persahabatan yang telah engkau tinggalkan di hati kami.
Dari kami yang kehilanganmu dan tetap mengasihimu,
Fransisca dan seluruh keluarga besar SanMar
Aduhh, sedih, Chau Luk siapa Sis? Bahasa puisi’mu dalam sangaaat
Thanks atas apresiasmu, NIsha.
Itu teman SMP ku, di Pontianak.
Iya, kami semua kehilangan seorang sahabat 🙁