Perang Dunia II: Jauh Lebih Dahsyat dari Perang Dunia I

Masyarakat waktu itu menyangka perang terakbar adalah yang terjadi pada 28 Juli 1914 hingga 11 November 1918. Ternyata, bukan! Perang yang melibatkan 135 negara itu ternyata tidak apa-apanya dibandingkan perang berikutnya, yang kemudian populer dengan nama Perang Dunia II.

World War II atau Perang Dunia Kedua terjadi 21 tahun setelah Perang Dunia pertama yang berakhir pada 1918. Berdasarkan versi sejarah yang menurutku paling kuat, perang global ini terjadi mulai 1 September 1939 sampai 2 September 1945. Artinya, sebagian besar manusia, hewan, dan tumbuhan harus hidup dalam penderitaan selama enam tahun di planet ini!

Sedihnya….

Perbandingan Perang Dunia I dan Perang Dunia II

Perbandingan Perang Dunia I dan Perang Dunia II

Untuk mengetahui betapa dahsyatnya Perang Dunia II, mari kita melihat perbandingan dua perang global ini.

PERANG DUNIA I

PERANG DUNIA II

4 tahun, 3 bulan, 14 hari

Durasi

6 tahun, 1 hari
135 negara

Negara terlibat

Hampir semua negara
15.000.000 jiwa

Perkiraan Kematian

63.000.000 jiwa
Pembunuhan individu

Penyebab

Serangan negara terhadap negara lain
Perang parit

Ikon

Holocaust, nuklir

Terlihat sekali bedanya, bukan?

Namun, ada hal yang selalu sama. Pertama, yang berperang tetap Blok Sekutu melawan Poros. Pihak Sekutu, dalam Perang Dunia II, dipimpin Inggris, Prancis, Uni Soviet, Tiongkok, dan Amerika Serikat. Sementara pihak Poros dikomandoi Jerman, Jepang, dan Italia.

Persamaan kedua, pemenangnya selalu Sekutu. Ah, semoga ini tidak membuat negara-negara Poros menyimpan dendam atau rasa penasaran lagi. Kalau untuk urusan sepak bola, bolehlah kesebelasan sebuah negara yang sering kalah melawan timnas negara tertentu jadi penasaran. Lalu, mereka terobsesi untuk mengalahkan negara itu dalam pertarungan berikutnya.

Tetapi untuk urusan perang? Janganlah.

Penyebab dan Jalannya Perang Dunia II

Penyebab dan Jalannya Perang Dunia II

Perang Dunia Kedua merupakan perang ideologis terbesar dalam sejarah manusia. Perseteruan ini menjelaskan mengapa kekuatan kolaboratif di Eropa dan Asia yang diduduki memilih bersolidaritas dengan negara-negara penyerang atau musuh.

Perang total ini terkesan menghapus pemisahan antara ruang sipil dan militer. Konflik tersebut memunculkan mobilisasi besar-besaran di kedua kubu, baik sumber daya materi, ekonomi, moral, politik, maupun ilmu pengetahuan. Juga, masih ditambah komitmen seluruh rakyat.

Rasanya, pertikaian ini bermula dari ambisi. Nun, di timur Asia, Kekaisaran Jepang sedang merasa kuat-kuatnya. Jepang ingin mendominasi wilayah Asia Timur. Jepang menginvasi Machuria pada 1931.

Meskipun invasi ini masih jauh dari Perang Dunia II, tetapi ambisi Jepang dengan doktrin Hakko Ichiu, atau delapan penjuru dunia di atas satu atap, bisa dibilang merupakan salah satu pemicu Perang Dunia II. Doktrin berlanjut dengan dimulainya perang melawan Republik Rakyat Cina pada tahun 1937.

Lalu, pada 1 September 1939, Jerman di bawah Kanselir Adolf Hitler menyerang sisi barat Polandia. Serangan yang ugal-ugalan itu membuat Inggris dan Prancis naik pitam. Dua hari setelah penyerangan, pihak Sekutu menyatakan perang terhadap Jerman.

Setahun kemudian, bersama Uni Soviet, Jerman berhasil menduduki Polandia secara keseluruhan. Termasuk, beberapa negara Baltik. Itu terjadi pada Juni 1940. Di bulan itu juga, Italia memutuskan bergabung dengan Blok Poros, tepatnya tanggal 10 Juni 1940.

Namun, NAZI rupanya memang haus kekuasaan. Setelah mengamankan wilayah Balkan dengan menginvasi Yugoslavia dan Yunani pada tanggal 6 April 1941, pasukan Jerman malah menyerang daerah barat Uni Soviet pada 22 Juni 1941.

Pakta Jerman-Soviet dilanggar, Joseph Stalin pemimpin Uni Sovyet pun meradang. Apa boleh buat, persahabatan Jerman-Uni Soviet ditakdirkan hanya seumur jagung. Stalin kemudian bergabung dengan Sekutu dan Uni Soviet menjadi garda terdepan melawan Jerman sejak saat itu.

Suasana makin panas setelah pada 8 Desember 1941, Jepang menyerbu pangkalan udara Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii. Pihak Amerika yang mulanya netral, akhirnya terprovokasi ikut berperang.

Di Perang Dunia Kedua, Uni Soviet dan Amerika Serikat adalah contoh dari negara yang awalnya netral. Tetapi dalam perkembangan berikutnya, keduanya memutuskan memilih salah satu pihak. Tidak hanya mereka, ada lumayan banyak negara yang seperti itu. Meskipun, ada pula segelintir negara yang dari awal sampai akhir Perang Dunia II konsisten netral. Misalnya, Spanyol, Swedia, dan Swiss.

Bagaimana Perang Dunia II Berakhir

Bagaimana Perang Dunia II Berakhir

Perang ini begitu menguras tenaga, waktu, dan dana. Korban-korban, baik dari kalangan militer maupun sipil, terus berjatuhan di kedua kubu.

Dalam perang total semacam ini, negara-negara yang terlibat mengeluarkan seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang. Perbedaan antara sumber daya militer dan sipil nyaris hilang. Semua berjuang mati-matian membela pihak yang diyakininya benar.

Namun sebenarnya, sejak 1944, negara-negara Poros seperti sudah kehabisan napas. Puncaknya tahun 1945, mereka semakin loyo. Sementara negara-negara Blok Sekutu masih tampak sehat.

Merasakan diri di ambang kekalahan, Adolf Hitler justru menikahi Eva Braun, wanita muda simpanannya. Sumpah sehidup-semati benar-benar terjadi. Sehari setelah menikah, mereka pun bunuh diri bersama pada 30 April 1945. Jerman makin lunglai, negara ini kehilangan pemimpin sekaligus sumber inspirasi. Akhirnya, pada 8 Mei 1945, Sekutu berhasil membuat Jerman bertekuk lutut.

Kejatuhan Jerman dalam Perang Dunia II memicu efek domino kekalahan anggota Blok Poros lainnya. Apalagi Paman Sam berhasil menemukan cara untuk membalas kelakuan si Matahari dari Timur. Porak porandanya Pearl Harbour beberapa tahun sebelumnya pun terbayar lunas.

Ya, dengan kiriman dua biji bom atom berbahan uranium! Kota Hiroshima (6 Agustus) dan Nagasaki (9 Agustus) pun meleleh. Giliran Jepang, pada tanggal 15 Agustus 1945 menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Lalu, Jepang secara resmi menandatangani dokumen genjatan senjata, bersama negara-negara lain, pada 9 September 1945.

Perang Dunia II pun berakhir.

Tidak terbantahkan betapa perang enam tahun ini telah mengubah peta geopolitik dunia. Pada awal-awal abad 20 atau sebelumnya, kita tahu, negara-negara Eropa Barat merupakan penentu wajah dunia. Saat Perang Dunia II, di samping negara-negara seperti (Kekaisaran) Jepang dan Cina yang mulai menunjukkan taring, terjadi pergeseran kekuasaan. Mata dunia lebih terarah kepada Uni Soviet dan Amerika Serikat.

Dan bila kita amati peta geopolitik sekarang, perubahan kekuatan itu masih terus terjadi. Sementara Jepang dan Jerman tidak lagi berambisi menguasai dunia melalui perang, Amerika Serikat dan Cina yang dulu satu kubu, sekarang malah tampak saling berlomba di segala bidang, termasuk kekuatan militer. Masing-masing dari mereka merasa bahwa dirinya adalah negara yang lebih adikuasa. Entah sampai kapan.

Referensi

Yuk, bagikan tulisan ini di...

Leave a Comment