
Dalam keseharian, sering kita mendengar kata empat puluh atau angka 40. Entah itu empat puluh menit, empat puluh jam, empat puluh hari, empat puluh malam, empat puluh minggu, empat puluh tahun, dan seterusnya.
Warga Indonesia penikmat aksara yang tinggal di Kota Arles, Prancis

Dalam keseharian, sering kita mendengar kata empat puluh atau angka 40. Entah itu empat puluh menit, empat puluh jam, empat puluh hari, empat puluh malam, empat puluh minggu, empat puluh tahun, dan seterusnya.

Pada hari Rabu, 9 Maret 2016, para ahli astronomi mengagendakan sebuah fenomena. Hari istimewa di mana piringan matahari tertutup oleh perjalanan bulan. Fenomena indah yang kita namakan gerhana matahari total ini kembali melintasi persada Indonesia.

Sudah tiga puluh satu hari, Januari menemani kita berbagi. Bulan pertama tahun ini akhirnya memohon diri. Tahun 2016 bernilai genap, bisa dibagi empat, artinya inilah tahun kabisat. Februari, bulan dengan jumlah hari tidak biasa segera kita jemput dengan sukacita.

Setiap dari kita tahu bahwa negara Yunani pernah menoreh sejarah keemasan di masa lampau. Betapa hebatnya peradaban ini di era sebelum Masehi. Negeri dewa-dewi ini membuai kita dengan legenda dan mitos. Menyihir imajinasi dalam mimpi-mimpi umat manusia di suatu masa.

Eurovision adalah tayangan prestisius tentang kompetisi musik yang disiarkan atas kerja sama dengan Komite Radio dan Televisi Uni Eropa. Kontes tersebut disiarkan secara langsung dari negara yang tahun sebelumnya menjadi pemenang. Artinya, si penakluk mendapat jatah tuan rumah pada pesta penyelenggaraan berikutnya.

Hari ini, aku ingin bercerita tentang pembauran alias integrasi. Aku mencoba menceritakannya dengan berkaca pada diriku dan dari sejarah Prancis itu sendiri. Melalui paparan ini, silakan pembaca menilai bagaimana kehidupan di Prancis.