Pernahkah Teman-teman bertanya, kapan peta bumi pertama dibuat? Siapa yang mula-mula memiliki ide itu? Apa kegunaannya? Mengapa kita sering menyebut tempat yang jauh sebagai ujung dunia? Ini semua akan terjawab bila kita menengok kembali cerita tentang Tabula Rogeriana.
Ya, inilah latar peta dunia pertama yang ditulis dalam bahasa Arab. Tetapi, pemesannya dari benua biru, tepatnya dari Pulau Sisilia.
ISI ARTIKEL
Al-Idrisi, sang Perancang Tabula Rogeriana
Apa sebenarnya Tabula Rogeriana itu? Susunan kata yang indah ini begitu menggelitik. Sang pembuat frasa itu adalah Abu Abdallah Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abdallah Ibn Idriss al-Qurtubi al-Hassani (1100-1166)
Al-Idrisi, demikian beliau biasa disapa, adalah seorang pangeran muslim Arab keturunan Hasan Bin Ali, cucu nabi Muhammad, yang hidup di Sisilia. Beliau seorang penjelajah, ahli geografi, kartografi, mesirologi, sekaligus ahli botani.
Keahlian Al-Idrisi dalam berbagai disiplin ilmu membuatnya diangkat menjadi penasihat raja Sisilia. Kerja sama lintas agama ini terjadi di permulaan abad 12.
Bagaimana menjelaskan kehadiran seorang intelektual muslim dengan dinasti Norman di Sisilia, pulau terbesar Laut Tengah di kaki peta Italia? Untuk itu, Kita perlu mengetahui sejarah Sisilia pada abad-abad sebelumnya.
Setelah era bangsa Romawi, kemudian Bizantium, Pulau Sisilia dikuasai oleh pasukan muslim Arab mulai tahun 830. Kultur Timur Tengah yang kaya pun berkembang di sana. Penguasa baru memaksakan bahasa Arab sebagai bahasa kekuasaan dan sains.
Namun, setelah kekhalifaan Ummayah (661-750), yang dilanjutkan oleh kekhalifahan kedua islam, yaitu Abbasiyah (750-1258), dominasi Muslim-Arab mulai melemah.
Mengendurnya kekuasaan Muslim-Arab, diperparah dengan terjadinya perebutan kekuasaan oleh para pangeran keturanan Arab di Sisilia. Salah satu pangeran yang tidak puas dengan keadaan di sana kemudian memanggil tentara bayaran, yaitu Bangsa Norman.
Awal Mula Pemerintahan Roger
Hanya butuh beberapa tahun, perpecahan di kubu pangeran-pangeran Arab dalam perebutan takhta di Sisilia, menjatuhkan supremasi mereka. Tentara bayarannya pun berbalik merebut takhta di sana. Emirat Sisilia ini tumbang oleh kekuatan tentara bayaran Norman di bawah pimpinan Roger I.
Bangsa Norman merupakan suku penakluk keturunan Viking yang berasal dari wilayah Normandia di Prancis Utara. Bangsa ini muncul pada awal pertengahan abad 10, dan pelan-pelan berkembang di daerah Sisilia. Sewaktu penaklukan, budaya Arab-Bizantium sudah menghasilkan negara multidenominasi dan multibahasa.
Saat itu, bangsa Norman memainkan peran politik, militer, dan budaya yang penting di Eropa dan kawasan Timur Dekat. Mereka terkenal karena memiliki semangat berperang ditambah kesalehannya dalam menganut agama Kristen. Roger I adalah asal mula kerajaan Sisilia di masa depan.
Setelah terlibat dalam banyak intrik di pulau Sisilia, penerus Roger I, yaitu Roger II, berhasil mendirikan monarki yang kuat dan ambisius.
Kerja Sama Lintas Agama: Roger II dan Al-Idrisi
Pengetahuan merupakan ranah ilmu yang menerobos suku, ras, maupun agama. Roger II barangkali mencontoh bangsa Romawi yang memanfaatkan ilmuwan-ilmuwan Yunani ketika menaklukkan negeri para dewa. Di mata sang penguasa baru, pengetahuan menjadi ornamen kerajaan. Karena itu, ia mengelilingi dirinya dengan para intelektual.
Roger II mengetahui para intelektual Arab di Timur Tengah pada kekhalifahan Ummayah dan Abbasiyah secara intens mengumpulkan dan menerjemahkan warisan kitab-kitab pengetahuan dari Yunani-Romawi kuno.
Bila kita melihat sejarahnya, geografi telah dicatat sejak zaman Yunani kuno. Bahkan julukan bapak geografi sudah dilekatkan kepada Herodotus dari Miletus, yang hidup antara tahun 480-425 SM. Herodotus berhasil membuat catatan informasi geografi berdasarkan perjalanannya dan cerita-cerita yang pernah didengarnya.
Kemudian, Eratosthenes yang hidup sekitar 276-194 SM atau dipanggil “Beta”sudah menulis tentang Geographica, atau cara mengukur bumi dengan membandingkan bayangan matahari serta menggunakan titik balik matahari musim panas tengah hari di dua tempat, yaitu Aleksandria dan Syene.
Peta dunia Eratosthenes sudah memperkenalkan konsep zona iklim panas, sedang dan dingin. Meskipun peta ini tidak akurat, dialah yang pertama menggunakan sistem koordinat geografi atau meridian untuk memperkirakan tempat yang berbeda serta orang pertama yang diketahui menghitung keliling bumi. Saat itu Eratosthenes sudah membagi bumi menjadi beberapa negara.
Kemudian, Claudius Ptolemeus, astronom dan ahli geografi Aleksandria yang hidup antara tahun 100-170 Masehi, melanjutkan membuat diskusi menyeluruh tentang peta dan pengetahuan geografis. Claudius Ptolemeus adalah kepala perpustakaan Aleksandria yang merupakan perpustakaan terlengkap dunia lama. Buku-buku disalin dari berbagai kapal ketika mereka mendarat di Mesir. Itulah mengapa risalahnya begitu populer di kalangan orang Arab Bizantium.
Dalam order raja Roger II, Al-Idrisi melanjutkan pekerjaan ahli matematika dan astronom besar Persia, Muhammad Bin Musa Al-Khawarizmi (780-850). Al-Khawarizmi pernah merevisi dan menyesuaikan peta Claudius Ptolemeus, beberapa saat sebelum ia meninggal pada tahun 850.
Peta pesanan raja Roger II ini merupakan kitab yang disusun Al-Idrisi dengan berbagai komentar. Komposisi itu bernama Kitab Nuzhat al Mushtaq fi-Ikhtiraq al-Afaq (Persetujuan dengan seseorang yang bersemangat menjelajahi negeri-negeri yang jauh).
Peta Roger, Tabula Rogeriana, Akhirnya Selesai
Ilmu geografi berkontribusi pada pengembangan peradaban. Sebuah gagasan kompleks yang secara harfiah menerobos berbagai budaya dan memberi ide bagaimana setiap cendekiawan berusaha bekerja lebih baik berdasarkan data-data yang sudah beredar sebelumnya.
Gambar peta versi Muhammad Al-Idrisi hadir dalam bentuk vertikal dan horizontal. Kesepuluh bagian lebar peta ditandai dengan angka romawi. Membentang dari kanan ke kiri. Secara simbolik, itu juga menandakan arah matahari terbit dan terbenam.
Sedangkan tujuh garis vertikal, selain berfungsi memetakan tujuh zona iklim, juga menunjukkan bagian atas dan bawah bumi. Tujuh zona iklim itu, pernah dirumuskan Claudius Ptolomeus.
Sepuluh bagian peta berisi Benua Eurasia secara keseluruhan, Tetapi hanya memuat bagian utara dan selatan pantai timur Benua Afrika. Peta dunia Al-Idrisi menghadap ke selatan (dengan utara menghadap ke bawah).
Garis-garis vertikal dan horizontal sekaligus mewakili jarak dan iklim. Selain membagi jarak negara dan distriknya, juga teluk, laut, aliran air, serta muara. Kitab itu berisi deskripsi lengkap tentang kondisi fisik, budaya, politik dan sosial-ekonomi setiap wilayah.
Ciri peta dihadirkan dalam beberapa warna dengan fungsinya masing-masing. Warna hijau misalnya, mewakili sungai dan danau. Warna biru bergaris dengan jaring bergelombang putih mewakili lautan dan samudra. Sedangkan warna kuning keemasan mewakili kota-kota dengan monumen-monumen langka yang pernah dibuat manusia hingga zaman itu.
Al-Idrisi secara khusus mewawancari para pelancong atau pedagang yang melewati Palermo, juga dokumen-dokumen dari Kanselir yang ditujukan kepada raja Roger II, sambil mencocokkan dengan sumber-sumber buku.
Untuk mendapatkan gambar permukaan bumi yang lebih jelas, Raja Roger II dikatakan mengirimkan informan ke beberapa negara Eropa, seperti Normandia, Prancis, Jerman, Provence, dan lain-lain. Tentang deskripsi negara Prancis misalnya, diberikan oleh informan Normandia. Sedangkan informan Hongaria memberikan informasi tentang Polandia.
Al-Idrisi menginspirasi pakar geografi Islam lainnya seperti Ibnu Batutah dan Ibnu Khaldun. Peta buatannya juga mengilhami Christopher Columbus dan Vasco Da Gama.
Muhammad Al-Idrisi mengerjakan pesanan raja Roger II selama 15 tahun. Mahakarya itu, dalam bahasa latin, kemudian disebut Tabula Rogeriana. Dan menjadi kitab peta acuan selama tiga abad, sebelum Nicolaus Copernicus (1473-1543 M) memunculkan teori baru tentang bentuk bumi.
Itulah mengapa dalam sastra-sastra sebelum Renaisans, kita sering membaca istilah ke ujung dunia. Sebab, peta dunia zaman itu, dibuat dalam bentuk persegi panjang.
Bila kita senang mencermati sejarah, ilmu selalu berutang pada pencetus sebelumnya. Begitu pun dengan peta yang dibuat oleh Muhammad Al-Idrisi pada permulaan abad 12. Peta-peta yang terus disempurnakan itu, akhirnya menjadi cikal-bakal peta dunia selanjutnya.
Jadi menurutku, kitab bernama Tabula Rogeriana layak dijadikan contoh kerja sama lintas agama yang menakjubkan.
Referensi
- “Tabula Rogeriana”. Wikipedia Inggris, diakses 2 Oktober 2021.
- Du Mesnil, Emmanuelle Tixier. Februari 2013. “Le Monde Selon Idrisi”, diakses 2 Oktober 2021.
- “Muhammad Al-Idrisi”. Wikipedia Indonesia, diakses 3 Oktober 2021.