Lahir 8 November 1928, Paulette Jeanne Félicie Ripert secara garis keluarga adalah kakak perempuan dari mertua lelakiku, Antoine Ripert. Wanita berhati mulia ini merupakan ibu baptis dari suamiku, Philippe Ripert. Seperti suamiku, aku juga memanggil Paulette Ripert sebagai Marraine.
Dengan hati sedih, kami baru saja melepas kepergiannya pada bulan April 2023, pada usia 95 tahun, sehari setelah Jumat Agung, pada Hari Sabtu tenang pukul 01 pagi. Aku langsung terngiang-ngiang dengan puisi yang pernah kutulis untuknya tiga tahun silam.
Mendung Duka di Langit Arles
Di rumah Panti Jompo Saint Cesaire, Arles, Marraine dijenguk terakhir kali pada hari kamis, 6 April 2023. Beliau memang sudah sakit sejak beberapa waktu lalu. Namun, hari itu, beliau masih bisa mengenali orang-orang terkasih yang menjenguknya.
Firasatku berkata, Marraine mungkin akan meninggalkan kami bertepatan dengan hari Jumat Agung, mengingat beliau adalah pemeluk Katolik yang taat. Sakit di kakiku yang baru saja dioperasi (rasanya seperti ada sekrup yang bergeser!) seperti pertanda.
Benar saja. Dering telepon dini hari pada Sabtu, 8 April 2023, dari rumah jompo membisikkan kabar duka, bahwa Paulette Ripert yang kami cintai telah dipanggil ke rumah Bapa di Surga. Meski pun kami sudah diwanti-wanti tim dokter. Tetap saja kami tak pernah benar-benar siap. Aku sesenggukan mendengar kabar itu. Kupeluk suamiku, untuk menguatkan hati kami bersama.
Selepas meninggalnya Marraine, aku menemani suamiku pergi ke sana-kemari. Utamanya untuk mengurus administrasi jenazah di Perfektur serta menandatangi beberapa surat formalitas penguburan di kantor dinas pemakaman Kota Arles.
Enam hari berjalan cepat. Hari pemakaman pun tiba. Jumat, 14 April 2023, pukul 8.15, kami sudah berangkat menuju kapel Saint Cesaire, Arles. Misa pelepasan almahumah Paulette Jeanne Félicie Ripert, berjalan khidmat dan hanya dihadiri keluarga dekat. Pastor muda Jean Antoine berkata akan mengumumkan lagi kisah kehidupan Marraine di depan publik gereja Hari Minggu, 16 April 2023.
Ya. Meskipun tidak menjadi suster, beliau tidak pernah menikah. Marraine memang cukup dikenal di paroki gereja, karena beliau benar-benar mengabdikan dirinya bekerja untuk kemanusiaan. Beliau adalah Bunda Teresa bagi mereka yang beruntung mengenalnya.
Kemudian, kami juga menjadi saksi hingga peti almarhumah dimasukkan ke liang peristirahatan terakhirnya. Di tempat itu, setidaknya sudah ada enam jenazah keluarga sebelum Paulette Ripert.
Suamiku mengikuti seluruh seremoni dari kursi rodanya. Sementara, aku mendampinginya, dengan masih menggunakan tongkat. Setelah acara penguburan selesai, rombongan keluarga kemudian satu per satu berbalik arah.
Cuaca begitu teduh, kami seperti berjalan di kios-kios yang tidak begitu tinggi. Musim semi menghadiahkan mekar bunga di mana-mana. Sungguh, sebuah pemandangan yang indah di tengah duka kami.
Mengingat keterbatasan oksigen suamiku, pukul 10 pagi, kami berpamitan dengan tamu-tamu yang mengantar, lalu kembali ke Vila Cantik. Sesaat kemudian, gerimis turun membasahi Kota Arles. Meski hanya sebentar. tetapi sudah cukup mewakili kemuliaan hati Marraine.
Selamat beristirahat, Paulette Ripert kami tersayang. Terima kasih telah terlahir ke dunia. Kiprahmu untuk kemanusiaan akan selalu hidup, tercatat dengan tinta abadi, di muka bumi.
Sekilas tentang Paulette Ripert
Lahir dari keluaga terpelajar, ayah Marraine (kakek suamiku), Louis Gustave Joseph Ripert, bekerja di pengadilan Tarascon, Bouches-du-Rhône. Dalam usia relatif muda, Paulette sudah menjadi guru bahasa di sekolah dasar, kemudian beliau menjadi guru geografi dan matematika di sekolah lanjutan.
Selain itu, Paulette Ripert mempelajari cara berserikat dan terpanggil hatinya untuk berjuang melalui wadah asosiasi, melawan ketidakberdayaan dengan cara yang cerdas. Waktu itu, serikat pekerja adalah hal baru dan pergolakan sosial masih begitu nyata.
Salah satu perjuangan beliau adalah bekerja sama dengan pihak paroki. Sebagai aktivis, Paulette Ripert berkomitmen melindungi harkat wanita yang tertindas agar tidak jatuh dalam dunia hitam. Ia memulainya dengan menampung gadis-gadis muda itu di sebuah rumah kecil di samping Gereja La Major. Di sana, mereka dibekali ketrampilan, dibimbing dan diberi pendidikan agar bisa mandiri.
Tertarik pada dunia ketiga yang sedang kudeta, tahun 1969 Paulette Ripert kemudian ditugaskan di Brasil. Di sana, beliau berhasil membangun lima sindikat. Beliau kembali ke Paris pada Januari 1972. Lalu, menjadi asisten manajer di Pusat Studi dan Pengembangan untuk Amerika Latin. Paulette lantas diangkat menjadi anggota Komisi “Keadilan dan Perdamaian” Prancis.
Pada akhir tahun 1973, Paulette muda kembali dikirim ke Brasil sampai tahun 1982. Di sana, beliau mendatangi tempat-tempat terpencil dan diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Setelah pensiun dari tugas sindikat, beliau kembali ke Prancis dan tinggal di Cabriére d’Aigues, lalu bergabung dengan Amnesty International.
Tidak tinggal diam, di Cabriére d’Aigues, Paulette Ripert tetap berkarya dengan memberi kursus pelajaran sekolah untuk anak-anak setempat yang membutuhkan. Karena usia makin lanjut, beliau memutuskan kembali ke Kota Arles supaya bisa dekat dengan keluarganya.
Bisa dikatakan, Paulette memiliki kehidupan aktivis yang sangat intens. Beliau selalu melayani orang lain serta pandai bergaul. Banyak penduduk Arles yang mengenalnya sebagai guru maupun sahabat.
Untuk lebih detail, silakan baca biografi singkat Paulette Ripert di portal Le Maitron, Dictionnaire Biographique, Movement Ouvrier, Mouvement Social. Aku beruntung bisa mengenal perempuan bersahaja ini secara langsung. Tak terhitung berapa banyak kado dan buku-buku yang aku terima dari beliau. Aku menjadi saksi, betapa beliau memang orang baik yang selalu memikirkan orang lain.
Adieu, Marraine! On t’aime pour toujours!