Kalau Teman-teman benci melihat kecoak wira-wiri di rumah, kalian tidak sendiri. Aku juga. Kurang menyebalkan apa, mereka beraroma tengik, tidak segan merayapi apapun di rumah kita, termasuk makanan. Beberapa spesies kecoak dapat memicu alergi dan asma, terutama pada bayi. Hewan ini juga membawa 33 jenis bakteri.
Lipas, coro, alias kecoak ini memenuhi syarat untuk disebut ordo serangga. Makhluk menyebalkan ini menjadi duta bakteri, virus, jamur dan parasit, serta mampu bertahan hidup di tempat yang kotor, gelap, dan lembap.
Namun, jangan salah! Secara sains, kecoak justru makhluk yang mengagumkan. Mereka spesies yang sangat adaptif dan memiliki kemampuan bertahan hidup yang luar biasa.
ISI ARTIKEL
Kecoak Terbang Sudah Ada Sejak Puluhan Juta Tahun
Sejak pertama muncul di bumi, bentuk kecoak sudah seperti yang biasa kita lihat sekarang. Selama jutaan tahun, mereka tidak berevolusi. Mulai dari zaman dinosaurus, mereka sudah mengais-ngais sampah dan memakan kotoran hewan-hewan raksasa itu.
Namun ketika para dinosaurus yang perkasa binasa dihajar asteroid, letusan gunung, dan berbagai jenis bencana alam, justru kecoak yang selamat. Anak-cucu-cicit mereka bisa kita temui hingga hari ini.
Wah, jangan-jangan ketika terjadi perang nuklir (semoga saja tidak pernah terjadi), kecoak adalah segelintir spesies yang selamat di muka bumi ini!
Seorang geolog dari Ohio State University, Cary Easterday, pernah melaporkan penemuan fosil lengkap kecoak berukuran 9 sentimeter, di kawasan timur Ohio, Amerika Serikat. Kecoak saat itu tumbuh lebih besar, karena ketersediaan oksigen di atmosfer, yang mempengaruhi cara serangga bernafas. Sekadar catatan, itu juga alasan mengapa hewan-hewan purba memiliki ukuran yang besar.
Kesimpulannya, makhluk ini hidup 55 juta tahun sebelum dinosaurus, atau sudah lebih dari 300 juta tahun silam. Tepatnya, periode Karbon.
Kendati demikian, angka tiga juta abad itu memicu perdebatan di kalangan ilmuwan. Yang menyangkal menyatakan bahwa kecoak memang makhluk purba, tetapi tidak mungkin setua itu.
Melalui fosil yang ditemukan di Prancis dan Spanyol, mereka cenderung menduga kecoak merayap di planet ini maksimal sejak 50 juta tahun.
Pada 2020, tim peneliti dari Slovakia, Tiongkok, Rusia, dan Thailand menemukan fosil sepasang kecoak yang terawetkan dalam damar di Myanmar. Binatang yang memfosil itu hidup 99 juta tahun lalu, atau satu zaman dengan tiranosaurus. Bentuknya sama dengan kecoak di rumah kita.
Jadi fenomena kecoak terbang yang mengerikan bagi sebagian orang, sepertinya sudah ada sejak puluhan juta tahun silam. Tidak tertutup kemungkinan, manusia-manusia purba pun sudah banyak yang senewen dengan serangga ini.
Kecoak Laut Berukuran Raksasa Ditemukan di Indonesia
Logika sederhana kita mungkin bertanya-tanya, “Kalau mereka memang binatang dari puluhan, atau bahkan ratusan tahun, harusnya kecoak juga ada yang berukuran raksasa, bukan?”
Pada 2020, tim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil menemukan krustasea atau udang-udangan jenis baru, yaitu Bathynomus raksasa. Ini merupakan temuan pertama spesies tersebut dari laut Indonesia, tepatnya di kedalaman 957-1.259 meter Selat Sunda dan selatan Pulau Jawa.
Penemuannya sendiri sudah dipublikasikan di jurnal ZooKeys pada 8 Juli 2020. Ini adalah temuan penting, terutama di bidang ilmu taksonomi yang relatif sepi peminat.
Bentuk binatang ini mirip sekali dengan kecoak, dengan ukuran dewasa di atas 15 sentimeter. Namun, meskipun mirip, “kecoak laut” ini bukanlah kecoak. Dari jumlah kakinya saja berbeda. Bathynomus mempunyai tujuh pasang kaki jalan dan lima pasang kaki renang. Sementara kecoak reguler hanya berkaki enam.
Krustasea ini mempunyai tubuh pipih dan keras, walaupun tidak ada karapaks atau cangkang kerasnya. Matanya berukuran besar, pipih, dan memiliki jarak cukup lebar di antara keduanya. Di bagian kepalanya, terdapat sepasang antena panjang, sepasang antena pendek, serta mulut dan anggota tubuh untuk makan.
Sains Takjub dengan Kecoak
Manusia modern tidak segera membasmi binatang buruk rupa dan merugikan ini. Mengapa? Dugaanku, sama seperti alasan manusia tidak segera membasmi serangga nyamuk hingga akar-akarnya. Yaitu, manusia masih menimbang-nimbang fungsi binatang-binatang ini dalam ekosistem.
Selain itu, para ilmuwan juga tampaknya penasaran dan terinspirasi. Apa yang membuat manusia penasaran dan terinspirasi kecoak?
- Kecoak tahan tidak makan selama sebulan dan tidak minum selama seminggu.
- Kecoak masih bisa bertahan hidup sampai seminggu, bahkan bila kepalanya dipenggal. Ketika akhirnya mati, itu bukan karena kepalanya sudah tidak ada, melainkan lantaran tidak bisa makan-minum.
- Beberapa jenis kecoak betina hanya perlu kawin sekali dan bisa beranak seumur hidup.
- Kecoak sanggup menahan napas selama 40 menit.
- Kecoak sanggup berlari 50 kali panjang badannya dalam sedetik.
- Kecoak mampu menahan gencetan 900 kali berat tubuhnya tanpa terluka.
- Ketika tergencet dan kakinya tidak bisa digunakan, kecoak memiliki duri-duri pada batang kaki yang dapat digunakannya untuk menggeser tubuh dan membebaskan diri.
- Selain kuat, kecoak sangat lentur. Dengan ketebalan tubuh setengah inci, kecoak dewasa mampu menyelinap di celah 2,5 milimeter atau setara dengan tumpukan dua uang logam.
Di samping itu, seperti yang sudah kusampaikan tadi, kecoak sudah hidup sejak puluhan juta tahun di muka bumi ini.
Jadi jika di rumah kalian ada kecoak, itu berarti kalian hidup serumah dengan salah satu makhluk purba di bumi. Entah kalian akan bangga atau tidak setelah mengetahui ini.
Referensi
- Ed. 9 November 2001. “Un cafard bien conservé”. SciencesEtAvenir.fr, diakses 22 Juli 2022.
- Jenihansen, Ricky. 3 April 2022. “Bagaimana Kecoak Bertahan Hidup dari Asteroid Pembunuh Dinosaurus?”. NationalGeographic.grid.id, diakses 21 Juli 2022.
- Susanto, Ichwan. 15 Juli 2020. “Kecoak Laut Raksasa dari Laut Dalam Indonesia”. Kompas.id, diakses 20 Juli 2022.
- “Cockroach”. Wikipedia Inggris, diakses 20 Juli 2022.