Sebuah hari di bulan Februari. Cuaca pagi itu demikian berseri. Aku mendapat sebuah titah, “Kamu tidak usah masak. Kita makan di restoran!”
Pernahkah Teman-teman merasakan suatu peristiwa yang berlangsung tiba-tiba sekaligus membuat emosi terguncang?
Di Prancis, aku sudah berulang kali merasakannya. Dan pada Februari ini, kembali aku menerima kejutan yang membuat suaraku sesaat menjadi parau dan mataku memerah. Padahal, menurut cerita awal, aku disuruh suamiku untuk berdandan cantik karena ingin diajak ke rumah makan.
Hari baru menunjukkan pukul 9 pagi saat aku sedang memasang riasan bibir. Belum juga beres polesan itu, aku mendengar bunyi bel pintu. Tetanggaku, Pascal Mastrantuono, datang dengan dua macam bunga. Satu buket kembang mimosa dan satu pot anggrek putih untukku. Lalu, ia mengucapkan selamat ulang tahun.
Itu adalah kejutan pertama yang kuterima di perayaan hari kelahiranku.
Setelah membuatkannya minuman, aku kemudian melanjutkan “polesan yang belum final”. Kan, tadi disuruh dandan cantik, hehehe.
Aku menata pot-pot bunga penghuni baru Vila Cantik di atas meja, tak lupa memasang taplak, biar tampak cantik selaras dengan bunganya.
Waktu dengan cepat menjadi siang. Aku mendengar bunyi bel. Tiga dara cantik yang sangat kukenal, dengan Seloyang kue tar manis di tangan, tahu-tahu bernyanyi di depan pintu. Mereka adalah Darling Dyah, Jeng Esti, dan Uni Putri.
Aku mendadak jadi gagu. Detak jantungku turun-naik bergemuruh. Mataku yang masih tidak percaya akan penampakan itu langsung berubah sendu. Riasan yang sudah kupoles dengan sapuan ganda memudar, tertindih oleh emosi dan rasa haru.
Detik-detik ini kurasakan seperti ada rombongan Dewi Fortuna sedang menuruni anak tangga surga, membawa banyak berkah di hari kelahiranku. Segera kuambil ponselku untuk mengabadikan sang waktu.
Aku memeluk ketiganya. Singkat cerita, mereka mengalihkan rasa haru dengan segera sibuk mengeluarkan jamuan yang sudah dipersiapkan dari rumah masing-masing. Lengkap dengan minuman dan dekorasi.
Air liurku terbit melihat sepanci bakso olahan darling Dyah Clarissa, padanannya lengkap dengan mi, sayuran, sambal, bawang goreng, kecap manis, wine, tak lupa rempeyek leker yang jadi rebutan di setiap hajatan serta kue.
Sedangkan Jeng Esti, membawa bakwan, nasi, dan kue. Uni Putri mempersembahkan kue tar terbaik dari kota La Grande Motte.
Belum juga mereda rada haruku, pintu bel berbunyi lagi. Itu adalah Mbak Jane dan Jacques, suaminya. Lengkaplah tamu-tamu pembawa kejutan.
Mbak Jane tampak anggun dengan satu pot kembang anggrek cantik. Beliau juga membawa sepanci ayam betutu Bali olahan Ayu Novita, menantunya. Lalu, Jacques memberikan kami masing-masing sebuah pin dengan bendera Prancis-Indonesia sebagai suvenir.
Seolah tidak cukup, para tamu kejutan ini juga menghujaniku dengan cinderamata. Jeng Esti sebagai pelukis mewakili teman-teman arisan meletakkan salah satu koleksi terbaiknya untuk menghias ruang tamuku.
Tak hanya itu. Aku mendapat bingkisan rekaman lagu yang dinyanyikan oleh Mbak Tuty dengan petikan gitar, juga berbagai tanda mata lainnya dari sahabat-sahabatku tersayang.
Tak ketinggalan, anakku Feliana Citradewi dan Clovis, yang sekarang tinggal di negeri Paman Sam, mengirimkan perhatiannya lewat jasa Amazon.
Jeng Nina yang berhalangan hadir, juga menitipkan kado. Begitu juga si centil Anisa. Ia menghadiahiku barang dagangannya, yaitu tempat hantaran kue. Hari itu, memang spesial untukku. Suamiku yang mengumumkan hari spesialku di medsosnya juga dibanjiri ucapan.
Melihat hidangan yang tersaji, aku dapat merasakan hari kelahiranku telah menjadi sempurna.
Aku menikmati sebuah rumah makan kelas dunia, di mana koki-kokinya adalah sahabat-sahabatku yang mewakili sahabat lain yang belum bisa bergabung hari itu. Namun, aku tahu, doa dan cinta mereka tiada berkurang untukku.
Malam itu, aku menjadi sulit memejamkan mata. Aku tetap belum percaya atas keajaiban ini. Aku juga tahu, karena luapan emosi, banyak hal yang luput kuabadikan dalam artikel ini. Semoga kalian memaafkan keteledoranku.
Kupandang bulan di luar dengan bentuknya yang sangat indah. Purnama Cap Go Meh. Di hari bahagia ini, masih ada sepucuk permohonanku yang tersisa.
Tuhan, jagalah orang-orang yang kukasihi ini. Hujani mereka dengan anugerah. Berikan kami rezeki yang cukup untuk menciptakan setiap kenangan menjadi permadani yang mengikat rasa persaudaraan kami.
Aku tidak tahu, mengapa teks ini begitu sulit kuselesaikan. Mungkin karena aku tak kunjung menemukan kata-kata yang melampaui perasaanku. Atau, karena aku sedih tidak bisa mengunggah semua video, tercekal lagu-lagu yang memiliki hak cipta. Yang pasti, aku ingin menyimpannya sebagai koleksi berharga di suatu hari nanti.
Namun, yang aku tahu, aku berutang cinta dan perhatian kepada mereka, sahabat-sahabat terbaikku, yang selalu ada dan memahami keterbatasanku. Untuk kalian semua, sekali lagi, terima kasih.