Kain dan Desain Unik Bernama Batik

Batik adalah bagian dari kehidupan kita. Inilah kain tradisional di mana orang-orang modern tidak merasa ribet atau kaku mengenakannya. Aku sendiri, saat kembali dari tanah air, sering membawa sesuatu bermotif batik. Selain dikenakan sendiri, corak batik memang oleh-oleh yang pas karena ia khas.

Sebagai penduduk Indonesia, umumnya kita memiliki setumpuk koleksi batik. Mulai dari busana, seprai, jarit, selendang, syal, tas, dompet, kain pantai, benda-benda dekorasi, bahkan mungkin celana dalam. Alat-alat dapur hingga perlengkapan sekolah juga, seperti sampul atau penjepit buku.

Tetapi yang paling sering, batik diidentikkan sebagai busana resmi pria dan wanita Indonesia. Apakah itu untuk ke pesta, bersantai, tidur, bahkan sebagai kain kafan!

Sejarah Awal Pakaian

Sejarah Awal Pakaian

Sebelum membahas batik, tidak ada salahnya kita mengenal sejarah awal dari pakaian. Para ahli berpendapat, pada zaman glasiasi Pleistosen, Homo sapiens telah menggunakan bulu dan kulit binatang sebagai bahan sandang.

Kemudian, sekira 40.000 tahun silam, manusia Cro-Magnon mengembangkan alat yang lebih halus dan runcing dari tulang hewan, sebagai alat penusuk yang dapat membuat lubang kecil pada kulit. Invensi jarum tulang memungkinkan Cro-magnon merenda atau menjahit tunik.

Pada masa prasejarah itu pula, manusia belajar membuat serat linen dari tumbuhan. Secara bertahap, mereka lalu memanfaatkan kulit binatang seperti kambing atau domba untuk menghasilkan benang wol. Ini penting juga. Selain keterampilan berburu dan meramu makanan, menguasai pembuatan benda dan pakaian jelas berpengaruh terhadap kemampuan mereka bertahan hidup.

Pada awal perabadan tulis (masa sejarah), domba sudah didomestikasi di Mesopotamia. Begitu pun alat pemintal yang terdiri dari sepotong kayu kecil dengan pengait untuk menangkap benang. Bahkan Raja Hammurabi (1792-1750 SM), menyebut tanah kekuasaannya, Babel, sebagai tanah wol. Bulu wol dari domba adalah bahan kain berkualitas yang hangat.

Selain dari sumber alam, yakni tanaman dan hewan, manusia kemudian juga mengembangkan bahan kain buatan dan sintetis.

Sejarah Batik

Sejarah Batik

Teknik batik sebenarnya dipraktikkan di banyak negara. Negara-negara seperti Burkina Faso, India, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Pantai Gading, Togo, Sri Lanka, dan Tiongkok, juga membuat kain-kain yang menyerupai batik.

Sedangkan “Batik Indonesia” awalnya diproduksi di Pulau Jawa. Berasal dari gabungan kata “amba” dan “titik”, batik bermakna menuliskan titik-titik pada selembar kain.

Batik diperkirakan telah ada sejak Zaman Majapahit. Kemudian, tradisi pewarnaan kain bermotif khas ini terus berkembang hingga era Kerajaan Mataram Baru. Pada awal kemunculannya, motif batik terbentuk dari simbol-simbol yang bernuansa tradisional Jawa, Islam, Hindu, dan Buddha.

Waktu itu, pemakainya hanya dari keluarga bangsawan dan pekerja Istana. Namun lantaran para pekerja tinggal di luar keraton, mereka sering membawa batik ke luar Istana. Masyarakat non-kerajaan pun mulai coba-coba meniru. Setelah, batik menjadi booming.

Sejak pertengahan 1980-an, Presiden Soeharto menjadi sosok pertama yang memperkenalkan batik secara internasional. Beliau menyiapkan batik sebagai kenang-kenangan untuk tamu-tamu pemerintah.

Puncaknya, saat Indonesia menjadi tuan rumah APEC tahun 1994 di Bogor. Sebanyak 17 kepala negara negara APEC mengenakan batik rancangan Iwan Tirta, dengan corak simbol negara masing-masing, tetapi tetap dalam sentuhan etnik Jawa. Menurutku, perhelatan tersebut turut menjadi pertimbangan perjalanan takdir nama batik berikutnya.

Motif yang khas, simpel tetapi berseni, membuat batik makin diapresiasi. Tidak heran bila kemudian pada 2 Oktober 2009, UNESCO mengakuinya sebagai Warisan Budaya Takbenda, asal Indonesia.

7 Langkah Membuat Batik Tulis

7 Langkah Membuat Batik Tulis

Memproduksi batik itu mudah. Tetapi membuat batik yang berkualitas jelas rumit dan butuh ketelatenan tinggi. Mau tahu? Seperti inilah cara membuat batik tulis dari nol hingga jadi:

1. Sediakan Kainnya

Biasanya, kain mori itu adalah sutra. Sifat sutra yang dapat menyesuaikan berbagai postur tubuh pemakainya akan membuat setelan batik lebih elegan.

Bicara kain sutra, ulat sutra Bombyx mori di pohon murbei adalah yang terbaik dalam menghasilkan kepompong sutra. Segumpal kepompongnya bisa menghasilkan 300 hingga 900 meter benang. Benang ini kemudian ditenun menjadi kain sutra.

Namun, kain lain pun sebenarnya dapat pula dibubuhi motif batik. Contohnya katun.

2. Buatlah Molaninya

Di atas selembar kain, mulailah mendesain pola batik menggunakan pensil. Desain awal ini dinamakan molani. Coraknya beragam. Ada pola batik Sido Asih, Kawung, Mega Mendung, Sekar Jagad, Parang Rusak, Sido Luhur, Tambal, Ceplok, Cuwiri, Keraton, Loreng, Semen Rama, Petani, Pringgondani, Jlamprang, dan seterusnya.

Pola-pola batik yang muncul berikutnya dan sesuai daerah pun menarik untuk ditengok, seperti batik Bali, Banyumas, Betawi, Besurek, Madura, Malang, Pekalongan, Tegalan, Solo, Yogyakarta, Tasik, Aceh, Cirebon, Kebumen, Jombang, Banten, Tulungagung, Kediri, Kudus, Jepara, Brebes, Minangkabau, Minahasa, Papua, Belanda, Jepang, dan sebagainya.

Namun jika ingin molani dengan pola hasil kreativitas sendiri, silakan saja.

3. Siapkan Malamnya

Lilin atau malam merupakan bahan utama dalam proses pembatikan. Ada tiga jenis malam yang lazim digunakan:

    1. Malam Klowong, untuk mempertegas pola molani.
    2. Malam Tembok, untuk memblok bidang luas pada sebuah pola.
    3. Malam Bironi, untuk menutup area berwarna biru.

Lapisan malam yang ditorehkan di kain akan membuat motif batik tetap terjaga setelah proses pewarnaan. Sebab, malam mengandung minyak, sedangkan pewarna mengandung air. Kandungan minyak dalam malam membuat bagian-bagian tertentu dalam kain takkan tertembus oleh zat warna.

4. Mari Mencanting

Mencanting sama dengan melukis. Cat untuk membatik adalah malam, kuasnya adalah canting, dan terkadang dibantu dengan spangkring (ring untuk merentangkan kain). Malam ditampung dalam kantung canting. Kemudian melalui mulut kecilnya (cucuk), lelehan malam yang panas ditumpahkan sedikit demi sedikit ke kain sesuai molani.

Bagaimanapun mahirnya sang pembatik, kesalahan-kesalahan kecil pasti akan terjadi. Maklumlah, tangan tak seakurat dan sekonsisten mesin. Namun, justru dari kesalahan itulah batik menjadi lebih unik dan bernilai seni.

Oh ya, jangan salah paham. Motif dari busana-busana batik yang sudah jadi bukanlah hasil dari kegiatan mencanting. Sebab, mencanting hanyalah proses menutup atau melapisi desain di kain dengan bantuan malam.

5. Warnai

Malam yang telah dicanting hanya akan menempel sementara di kain. Warna batik yang sebenarnya berasal dari zat pewarna. Jadi, inilah proses memunculkan desain batik yang sesungguhnya.

Umumnya, ada dua metode mewarna, yaitu celup dan colet. Metode celup dipakai untuk mewarnai bagian kain yang luas. Batik yang telah dicanting dicelup-celup ke dalam wadah berisi larutan pewarna.

Dengan metode celup, satu kali proses hanya akan menghasilkan satu warna. Jika ingin warna lain, proses celup harus diulang lagi dengan pewarna yang berbeda. Biasanya, pencelupan dimulai dengan warna-warna muda, kemudian warna yang lebih tua. Bukan sebaliknya, karena begitu menjadi gelap, kain akan sulit dikembalikan menjadi warna yang lebih muda.

Untuk mewarnai bagian batik yang lebih kecil dan detail, cukup gunakan kuas yang sudah dibasahi dengan pewarna. Caranya seperti melukis biasa. Metode ini disebut colet.

6. Keringkan

Setelah proses pewarnaan, biarkan kain benar-benar kering. Caranya, dengan memerasnya, mengangin-anginkannya, menjemurnya, atau kombinasi ketiganya.

Setelah kering, kita akan melihat batik dua warna, yaitu warna malam yang telah mengering (misalnya hitam) dan warna dari pewarna (misalnya biru). Namun, bukan ini warna sebenarnya dari sebuah batik.

7. Lorod

Hilangkan malam yang menempel di kain. Biasanya, dengan cara merebusnya. Masukkan kain ke dalam panci besar berisi air mendidih yang sudah dicampur dengan larutan soda api. Aduk-aduk dan naik-turunkan kain itu dengan tongkat sampai semua malam meluruh alias melorod.

Setelah kain bersih dari malam, motif batik menjadi jelas. Inilah penampakan batik yang sesungguhnya. Warna dari larutan pewarna (misalnya biru) dan warna asli kain (misalnya putih). Tidak ada lagi malam di sana.

Bagaimana kalau kita ingin menambahkan warna ketiga? Tinggal ulangi proses pencantingan dan pewarnaan, tentu dengan larutan warna yang lain.

Proses pewarnaan adalah tahapan yang paling lama dalam membatik. Untuk sekadar menciptakan batik dwiwarna yang berkualitas, terkadang perlu berkali-kali melakukan pencelupan dan pengeringan.

Mengingat kerumitan prosesnya, tidak jarang pengerjaan selembar batik tulis oleh 3-5 pembatik memakan waktu sebulan. Maka wajarlah bila jika selembar kain batik dibandrol dengan harga hingga puluhan juta rupiah.

Bagaimanapun, batik adalah kain dan desain. Berbeda dengan kebaya atau baju tradisional Indonesia yang bentuknya sudah pakem. Kain dan desain tentu dapat kita bentuk menjadi produk apa saja yang sesuai dengan tren zaman. Karena itu, menurutku pamor batik akan terus bersinar, selama kita masih bangga mengenakannya.

Referensi

Yuk, bagikan tulisan ini di...

Leave a Comment