Moderator itu melempar sebuah angka. Aku yang duduk di belakangmu, menepuk bahumu. “Berapa angkanya, Mas?”
“142857 x 7.”
“Oh… hasilnya pasti 999.999,” aku menanggapi.
Engkau memencet ponselmu. Dan terlihatlah angka 999999 berderet.
“Siapa namamu?” tanyamu waktu itu.
Aku menjulurkan name tag-ku.
“Kau tidak bertanya namaku.”
“Aku sudah melihatnya. Rio, kan?”
Engkau tertawa. Aku juga. Lalu, jam istirahat tiba. Engkau menawarkan minuman. Dan aku menerimanya. Engkau rupanya masih penasaran dengan angka 142857 x 7, bagaimana aku bisa menjawab spontan?
“Kebetulan, baru kubaca sebelum seminar,” jawabku pendek.
Dan hari kedua seminar, engkau menungguku di depan pintu. Mengatakan engkau sudah mengambil tempat duduk untukku. Begitulah cara kita berkenalan.
Setelah seminar selesai, selama enam pagi berturut-turut engkau mengirimkan satu angka yang dikalikan dengan angka 142857. Diawali dengan 1 x 142857, lalu 2 x 142857, kemudian 3 x 142857, dan seterusnya hingga 6 x 142857.
“Aku jadikan sebagai password, supaya gampang mengingat,” begitu bunyi pesanmu.
Selama enam bulan, segalanya begitu nyata dan indah. Sejak perkenalan itu, untuk bertemu sekadar makan siang, kita hanya ke restoran dengan kombinasi keenam angka itu.
Hingga suatu siang, aku mendapat pesan darimu. Engkau memintaku datang ke restoran dengan nomor kombinasi yang berbeda dari biasanya. Saat aku tiba di sana, seorang wanita menyambutku dan memperkenalkan diri sebagai istrimu.