Musim terus berjalan
Tahun ini, tak ada telur Paskah yang disembunyikan
Tempat biasa anak-anak beradu kecepatan
Puasa dan Idulfitri mungkin disederhanakan
Kerabat diminta pengertian
Pulang kampung bukan lagi keharusan
Tidak usah berdekatan
Apalagi berpelukan
Asal hati memaafkan,
Demi keselamatan
Silahturahmi diakses dari telepon genggam.
Ruang publik bertapa
Kontras dengan rumah sakit
yang dijejali pasien ragam usia
Duka kita, pesta di alam baka
Malaikat Tuhan sibuk bekerja
Semoga pintu maaf terbuka
untuk yang mendahului kita
Selamat beristirahat di surga
Benar dan salah, setipis kaca
Perilaku manusia berubah
Dari yang cuek menjadi rajin membaca
Berita pun dibagi tanpa mencerna
Maka sekali waktu, perlu kita cerdaskan mata
Supaya ritme jantung tidak menaikkan irama
Sebab, antara benar dan salah
menjadi samar-samar belaka
Tanggung jawab selanjutnya adalah kita
Bersikaplah lebih bijaksana
Ambil hikmah di balik peristiwa
Mari berjuang bersama
satukan hati, menjalani masa karantina
Taati aturan pemerintah
Percayalah!
Dualisme adalah simbol dunia
Bila ada awal, tentu juga ada akhir dari tiap bencana
Selamat berjuang, teman-teman
Jaga jarak aman, dan tetap tinggal di rumah.
Terhanyut baca puisi2 kamu Sis, sabar telaten. Sementara gue gradak gruduk beresin kabel listrik, sikat teras kolam, manjat pohon
Thanks Nisha
Nisha lebih hebat, bisa main piano, nyanyi, nari
Btw. Kerjaan kita kan sama
cuma untuk urusan panjat pohon, sisca serahkan pada yang lebih ahli hehehe