Cerita Menjelang Imlek 2572

Cerita Menjelang Imlek 2572

Entah dari mana kutulis cerita ini. Apakah harus kuawali, lagi-lagi, dari sebuah SMS dari (sebut saja) adjoint propriétaire? Nama ini baru kuberikan sehari sebelum pertemuan. Mengingat si cantik yang baik hati inilah yang menjadi pelopor, sekaligus koordinator, dan seksi repot, demi bisa berkenalan dengan si Villa Cantik Bernomor Urut 5.

Bahkan, perempuan berkacamata ini tidak segan bertindak sebagai yang mengundang, sekaligus mengundangkan diri. Pokoknya, all in one, demi membawa secercah cahaya di hari bahagia itu. Namanya pun secantik budi pekertinya: Dyah Clarissa.

Kamis, 11 Februari 2021: Perayaan Kecil

Perayaan ulang tahun pada Kamis, 11 Februari 2021

Singkat cerita, pada pukul 12.30, datanglah rombongan itu. Dengan empat mobil, sepuluh orang membawa seabrek barang, mulai dari makanan siap saji, wine, kue, telur mentah, keju, conserve, syal, pot kembang segar, foto berbingkai, hingga patungan kado dengan kartu ucapan khusus yang menggunakan batu pualam Swalovski dan ditandatangani oleh tujuh bidadari, disertai sebotol parfum 100 ml Coco Mademoiselle yang dikemas sangat menarik.

Pot dan bunga segar

Seluruh mahar kasih sayang itu aku terima tanpa perantara… kontan, tunai! Membuatku langsung terharu di tempat.

Foto berbingkai dan ucapan dari 7 bidadari

Apalagi yang aku pahami, separuh dari mereka meliburkan diri pada hari kerja itu. Belum lagi Jeng Esty yang tangannya sedang sakit dan dilarang menyetir lebih dari satu jam, ternyata nekat melanggar anjuran kinesiterapisnya, supaya bisa ikut berkumpul hari itu. Maklum, suaminya tidak bisa menyertainya karena masih bekerja.

Sebenarnya, dua jam sebelum pertemuan, Jeng Esty yang tinggal di Aix-en-Provence, meneleponku dan menyatakan dengan sangat menyesal tidak bisa bergabung. Saat telepon berbunyi, aku berada tepat di depan lemari baju, bagian tersulit seorang wanita bila ada pesta.

Sembari membolak-balik gantungan baju, aku berkata, “Jeng ayu, sayangkuuuu, cintakuuu, jantung hatikuuu, usahakan datang, dong! Aku sudah pesankan kue ultah atas namamu. Naik bla-bla car, deh!”

Biasanya, kami telepon berjam-jam, tetapi kali ini tidak bisa lama-lama. Syukurlah, rayuan mautku yang hanya sepuluh menit itu berhasil melumerkan hati Jeng Esty.

Namun, soal busana, belum ada solusi. Aku masih berdiri kebingungan di depan lemari baju. Waktu mepet antara menerima SMS dan Hari H acara membuatku tidak sempat membeli baju baru untuk hari istimewa ini. Huhuhu… harus putar otak dengan cepat! Tak ada rotan, akar pun jadi.

Untuk melengkapi hari bahagia itu, dan supaya kutek yang kupasang tidak retak, juragan sampai perlu memanggil chef a domicile, sekaligus mencukur rambut, dan berpidato.

Chef à domicile ternyata hanya datang menyetor makanan pada pukul 11 siang. Alasannya, jumlah yang mengundangkan diri sudah terlalu banyak. Begitupun para tukang yang bekerja hari itu. Meskipun sudah kuminta bergabung, ramai-ramai mereka berpamitan pukul 12 siang, agar tidak ada suara gaduh.

Acara pun berlangsung to the point: Makaaaaaaan....

Mengingat aturan jam malam pemerintah, acara kumpul-kumpul berlangsung spontan. Seperti langsung mencomot-comot makanan. Dilanjutkan dengan penyerahan cendera mata, berlanjut mengobrol ngalor ngidul hingga bolak-balik ke dapur.

Bapak-bapak menepi

Dua orang bapak-bapak, Florent dan Juragan, diungsikan agak jauh, supaya kuping mereka tidak sakit.

Para keponakan pun asyik sendiri

Sedangkan dua keponakan, Nathan dan Aaron, duduk anteng tak jauh dari televisi.

The 8 Ladies (minus one)

Sisanya, The 8 Ladies berdasarkan abjad: Alda, Anisha, Dyah, Esty, Fransisca, Nina, Susie, dan Youvita. Kami duduk manis di meja.

Kami pun melewati hari yang indah, dilanjutkan dengan peniupan lilin bagi yang berulang tahun.

Tahu-tahu, waktu menunjukkan pukul tiga sore. Tanpa komando, mereka berkemas. Tahu-tahu pula, meja sudah kosong dan mereka harus berpamitan.

Jumat, 12 Februari 2021: Imlek

Kiriman pada Hari Raya Imlek, Jumat, 12 Februari 2021

Sehari setelah hari istimewa itu, masih ada kejadian istimewa lainnya. Tentu saja, selain perayaan Imlek. Aku mendapat kiriman satu boks menu dengan bahan-bahan seleksi terbaik dari peternakan Prancis. Pengirimnya adalah Feliana dan Clovis yang tinggal di Paris. Paket itu tiba disertai seribu ucapan Tahun Baru Imlek plus-plus.

Namun, tidak semuanya happy ending. Setelah mengurus keperluan Juragan, aku mengistirahatkan diri di tempat tidur. Staminaku drop. Aku bagai putri salju yang keracunan, tertidur lemas 48 jam, menunggu ciuman sang pangeran.

Bagaimanapun, karena takut memori ini tidak panjang, aku berusaha merampungkan artikel ini sembari rebahan. Aku belum sempat menjawab satu per satu pesan yang datang. Mohon pengertiannya, ya, Teman-teman.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Fransisca Ripert (@fransiscaripert)

Hari Imlek ini benar-benar membuatku merenung. Bahwa hidup adalah pemberian. Siapapun yang menulis pepatah ini mungkin pernah mengalami apa yang kurasakan. Hidup jauh dari keluarga inti. Di antara pekerjaan yang menuntutku bersiaga dari pagi ke pagi, aku diberkahi berbagai kemudahan dan selalu menemukan orang-orang di sekeliling yang dengan sukarela memanjakanku dengan perhatian.

Bila yang disebut rasa syukur adalah mendapat perhatian yang menerbangkan seluruh angan, hingga aku tak mampu memejamkan mata berhari-hari lamanya. Maka aku telah merasakannya.

Bulan Februari, di jantung musim dingin yang menggigit, aku justru menemukan musim semi. “Musim semi” ini akan selalu kupelihara, agar keindahannya mekar senantiasa, memenuhi ladang sanubariku yang rapuh.

Rapuh, karena aku terlalu terharu. Aku datang sendiri ke tanah rantau ini. Lalu, satu per satu sahabat datang, mengisi hidupku. Ada yang datang menawarkanku persaudaraan. Ada yang hadir memberiku pelajaran. Ada yang datang sekadar sebagai sebuah persinggahan. Ada pula yang kukenal begitu saja, tetapi bersedia menjadi bayanganku.

Semua memperkaya keberadaanku di muka bumi dengan hal-hal yang menakjubkan. Sebagian dari mereka datang hari itu ke Villa Cantik Bernomor Urut 5 sambil membawa seluruh perhatian demi mengukuhkan keberadaanku di hati mereka.

Rasa terima kasih tak dapat kurangkai dalam balutan aksara. Biarlah cuplikan video dan foto yang dibuat di hari itu bercerita. Supaya kita tetap bisa melihatnya dengan hati yang hangat. Jauh atau pun dekat, kalian semua telah kukurung dalam hatiku.

Terima kasih juga untuk kalian yang ingin hadir tetapi ada kendala, yang ingin datang tetapi situasi belum memungkinkan. Sekali lagi, terima kasih.

Yuk, bagikan tulisan ini di...

Leave a Comment