Baru saja pandemi COVID-19 mereda, atau setidaknya sudah tidak menakutkan lagi, sekarang datanglah ancaman pandemi global baru, yakni cacar monyet. Di Prancis, kasus pertama terdeteksi pada 20 Mei 2022. Dari 912 kasus pada 12 Juli, penderita cacar monyet melonjak menjadi 1.955 kasus pada 28 Juli.
WHO alias Organisasi Kesehatan Dunia pun per 23 Juli 2022 menyatakan penyakit ini sebagai masalah darurat kesehatan global. Menular dengan cepat, cacar monyet tidak kalah gawat dengan virus Corona.
ISI ARTIKEL
Sejarah Cacar Monyet
Monkeypox alias cacar monyet sebenarnya bukan penyakit baru. Cacar ini ditemukan pertama kali di tubuh monyet pada 1958. Mirip secara genetik, penyakit zoonosis ini disebabkan oleh virus dari famili Poxviridae. Virus penyebabnya adalah genus Orthopoxvirus yang sama dengan virus cacar manusia.
Meskipun demikian, waktu itu, semua masih dapat dikendalikan.
Barulah pada 1970 ketika kasus cacar monyet terbukti bisa menjangkiti manusia, hebohlah dunia kedokteran. Padahal, kasusnya masih bersifat endemik di kawasan Afrika barat dan tengah.
Namun tahun ini, cacar monyet bukan lagi endemi. Statusnya sudah pandemi. Terjadi penularan antarmanusia di lebih dari 76 negara sekaligus! Sampai tulisan ini diturunkan, jumlah kasusnya mencapai 22.485. Sebagian besar kasus berasal dari Benua Eropa dan Amerika Serikat.
Bagaimana dengan cacar monyet di Indonesia? Sampai sekarang, kondisinya masih kondusif. Kendati demikian, mengingat kecepatan penularan serta luasnya wilayah NKRI, segala sesuatunya masih bisa berubah.
Tetangga Indonesia, Australia, pada Mei 2022, sudah mengidentifikasi pasien cacar monyet pertama. Sudah ada 41 kasus. Sementara di Asia Tenggara sampai akhir Juli 2022, Singapura sudah mencatatkan 12 kasus, Thailand 2 kasus, serta Filipina 1 kasus.
Siapapun Bisa Tertular Cacar Monyet
Secara statistik , kebanyakan yang terinfeksi sejauh ini laki-laki (hingga 99 persen!). Rata-rata usianya 37 tahunan. Sebagian besar pasien laki-laki adalah pelaku hubungan seks sejenis.
Namun, bukan berarti hanya homoseksual yang bisa menjadi korban cacar monyet. Para pakar di dunia medis sepakat, cacar monyet bukanlah spesifik Infeksi Menular Seksual (IMS). Penyakit ini dapat menginfeksi siapapun dengan berbagai latar ras, jenis kelamin, maupun orientasi seksual.
Terdapat belasan pasien cacar monyet juga di Inggris yang berjenis kelamin perempuan. Gawatnya, perempuan hamil yang mengidap virus cacar monyet berpotensi menularkannya ke janin melalui plasenta.
Seperti yang pernah disimpulkan oleh seorang bakteriolog Prancis, Charles Nicolle, pada tahun 1935, tanda-tanda penyakit menular umumnya hampir sama.
Penularan dari manusia ke manusia terjadi karena kontak langsung dengan luka lepuh atau cairan tubuh. Apalagi kalau kontak itu cukup lama dan sering, seperti melalui hubungan intim yang berkali-kali, menyentuh barang-barang yang pernah dipakai pasien, dan sebagainya.
Yang lebih mengkhawatirkan, virus cacar monyet kemungkinan dapat bertahan cukup lama di udara dan di berbagai bahan material. Ini adalah sesuatu yang tidak dimiliki virus Corona.
Pengobatan dan Pencegahan Cacar Monyet
Walau penampilannya tidak elok dipandang (namanya juga cacar) dan namanya agak menyudutkan (seolah-olah yang terinfeksi seperti monyet), jangan minder saat diduga terinfeksi. Cukup periksakan diri ke dokter.
Gejala cacar monyet secara umum berupa demam, nyeri otot, sakit kepala, sakit pinggang, pembesaran kelenjar getah bening, kedinginan, keletihan, bercak kemerahan di kulit yang berkembang jadi luka lepuh mirip herpes di sekujur badan, lalu meluas ke wajah, mulut, tangan, kaki, hingga area genital.
Masa inkubasinya 4-20 hari. Sedangkan waktu yang diperlukan suatu obat untuk mulai memberikan efeknya setelah paparan, berkisar 5-21 hari. Sakitnya sendiri bisa berlangsung selama 2-5 minggu.
Pada beberapa kasus, cacar monyet dapat menyebabkan komplikasi, seperti radang paru (pneumonitis), radang otak (ensefalitis), radang kornea mata (keratitis), dan beberapa jenis infeksi ikutan karena bakteri. Orang dengan gangguang imunitas, seperti pengidap HIV, berisiko lebih fatal bila sampai terinfeksi.
Bagi yang belum terinfeksi, ada beberapa hal untuk mencegah penularan cacar monyet. Yang paling aman, hindari kontak dengan hewan yang diduga positif mengidap virus cacar monyet.
Kalau terpaksa harus bepergian ke Afrika, hindari hewan pengerat seperti tikus, monyet, atau mayat binatang. Masaklah daging atau bagian lain binatang yang akan dimakan dengan sempurna.
Di samping itu, jagalah jarak dengan orang-orang yang punya gejala kelainan kulit mirip cacar air atau herpes zoster. Jangan berciuman, berpelukan, apalagi berhubungan seks dengan orang yang punya gejala-gejala ini.
Sebagaimana pencegahan penularan virus Corona, sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun atau penyanitasi tangan.
Kita sudah cukup terlatih dengan hal-hal semacam ini, bukan? Betapa tidak, dua tahun lebih kita dikungkung wabah Corona! Jadi, semestinya langkah-langkah pencegahan ini tidak asing lagi.
Maka tidak perlu panik, tetapi tetap waspada. Tetap sehat!
Referensi
- Djoerban, Zubairi. “Tentang Cacar Monyet”. Harian Kompas edisi 3 Agustus 2022.
- Wuragil, Zacharias. 5 Agustus 2022. “Satu Suspek Cacar Monyet di Jawa Tengah Masih Tunggu Hasil Tes Kedua”. Tempo.co, diakses 5 Agustus 2022.
- “Moneypox”. Wikipedia Inggris, diakses 5 Agustus 2022.
- “Variole du Singe”, diakses 5 Agustus 2022.